Jumat, 30 September 2011

Makna Sebuah Kehidupan part 1

Oik berjalan malas menuju sekolah barunya yang ke duabelas dalam dua tahun terakhir. Waktu sudah menunjukan pukul 06.45 WIB mengendari motornya pelan-pelan agar sampai disana telat. Dengan begitu dia tak perlu kesekolah baru itu. Saat sampai disekolah sepi tak ada satupun siswa disana, gerbang sudah tertutup hanya suara deru dari motornya yang memecah kesunyian pagi itu.

“Harus aku taruh mana nih motor sialan milik Alvin”katanya bingung sambil memperhatikan kedalam sekolah tak ada siapapun dihalaman sekolah. Gadis bernama Oik itu mondar-mandir disekeliling sekolah, kemudian menemukan gang disebelah pagar sekolah. Lalu menuntun sepeda itu dan meletakan digang sempit.

“Kalaupun hilang peduli amat, salah sendiri aku ditinggal”Oik meninggalkan motor Alvin digang kemudian berjalan kearah pagar.

Dari arah yang berlainan sebuah mobil silver mendadak berhenti tepat didepan gerbang sekolah. Oik mengamati mobil tersebut kemudian turunlah seorang cowok pakaiannya hampir sama dengannya dapat Oik pastikan dia juga siswa sini. Cowok itu berjalan menuju pintu gerbang dengan langkah santai Oik menghampirinya.

“Kau pikir dengan berdiri didepan pintu gerbang, itu pintu akan terbuka. Kau terlambat juga kan?”seru Oik dengan nada meledek dan bertanya kepadanya.

“Tidak. Tapi aku sudah ijin sama guru piket hari ini, kalau aku berangkatnya agak telat”jelas cowok itu tenang.

“Kamu sendiri telat kan?”cowok itu balik bertanya pada Oik.
“Aku memang sengaja telat, kau pikir aku mau jadi siswa disiplin tepat waktu datang pagi-pagi buta”jelas Oik tanpa ada rasa takut sedikitpun pada hukuman yang akan menantinya.

“Tidak pernah ku pikirkan kamu jadi siswa disiplin. Aku belum pernah melihatmu sebelumnya, kamu siswa baru ya?”tanya si cowok tersebut lagi.

Oik memperhatikan cowok itu dari atas sampai bawah pakaiannya rapi, berbeda dengan dirinya.
“Ya aku siswa baru, ini hari pertamaku masuk sekolah dan ini adalah sekolah yang ke enambelas. Dan aku harap besok tak menginjakkan kakiku disini”cowok itu terperanjat kaget mendengar penjelasan Oik.
“Hahaha tak perlu kaget mendengarnya. Aku malah senang kalau menerima surat DO-nya sekarang juga. Ingin ku koleksi surat-surat itu”cowok dihadapanya itu menatapnya tak percaya.


Beberapa menit kemudian obrolan mereka terhenti terdengar suara pintu gerbang terbuka dan dari dalam muncul satpam badannya gendut dan kumisnya tebal, wajahnya yang agak galak menatap Oik tajam.

“Kenapa kamu terlambat?”tanya si satpam, Oik itu hendak menjawab sebelum akhirnya keduluan cowok disebelahnya.
“Dia teman saya dan siswa baru disini, Pak!!!”selak cowok tersebut.
“Baiklah kalian boleh masuk, tapi lain kali kamu jangan telat lagi jika tak ingin pulang lagi”satpam itu memperingatkan sebelum membuka pintu gerbang dan mempersilahkan meraka memasuki sekolah.

“Satpam tolol, dia pikir ancaman seperti itu bakal bikin aku jera apa? Baguslah kalau dia menyuruhku pulang jadi aku tak perlu repot-repot mencari jalan untuk masuk sekolah”umpat Oik kesal.


Cowok itu setengah takjub kepada Oik yang tak khawatir sedikitpun tentang hukuman sekolah.

“Jadi dimana ruang kelas XII IPS 1”kata Oik bingung.
“Dari sini lurus saja terus, jika sampai di ujung koridor ini kamu belok aja ke kiri. Ruang pertama dari ujung koridor ini kelas XI IPS”ucapnya memberi tahu.
“Baiklah tapi jangan berharap aku bakal berterima kasih kepadamu, karena kau sudah menolongku kan!!!”Oik langsung bergegas meninggalkan cowok itu.
“Aku tidak berharap kamu berterima kasih padaku. Aku cuman mau membantu”ucapnya setengah teriak tapi Oik tak menoleh, dia tak memperdulikannya.


Setelah sampai diujung koridor Oik berhenti dan menoleh kearah cowok tadi, namun cowok itu sudah tidak ada kemudian berpaling keruang kelas XI IPS1. Pintu kelas tersebut tertutup dapat dipastikan pelajaran sudah berlangsung 30 menit yang lalu.


“Aku tak perlu masuk keruang kelas. Dan berkenalan seperti siswa bego gitu setelah itu harus mengikuti pelajaran yang membosankan”gumannya kemudian berlalu dari arah depan ruang kelas yang belum dimasukinya.

Dilapangan belakang gedung tersebut sekumpulan cowok sedang asyik bermain basket, tertarik dengan permainan itu Oik langsung bergegas menuju lapangan.

“Heh. Aku boleh gabung bersama kalian. Maksudku main basket”tanya Oik lantang sambil berdiri disisi lapangan. Para cowok itu mendadak menghentikan permainannya dan menoleh kesumber suara.
“Apa mau gabung dengan kita? Memang cewek macam kau bisa apa!!!”ledek salah satu diantara mereka.

“Paling cuman bisa memegang bolanya saja”terdengar riuh suara tawa para cowok itu terkesan meledek. Oik mengambil bola volley yang tergeletak di pinggir lapangan dan menserve bola tersebut melesat mengenai kepala salah satu diantara mereka.
“Bakal ku buktikan kalau aku bisa bermain lebih hebat dari kalian semua”tantang Oik.
“Kami tidak ingin main dengan cewek sepertimu”semua siswa cowok itu langsung bubar dan meninggalkan lapangan.
“Kalau mau main. Main saja sendiri”salah satu dari mereka melepar bola kearah Oik.


Oik mendrible bola di lapangan memasukan kedalam ring sampai 30 kali dalam 5 menit, membosankan memang kalau harus bermain sendirian tanpa lawan. Mengedarkan pandangan disekeliling lapangan mencari orang yang mau diajaknya main basket, pandangannya kemudian berhenti pada orang yang sedang duduk dibangku. Oik melempar bola basket kearah orang tersebut lalu berlari menghampirinya.

“Ternyata kau cowok yang tadi ya. Ngapain disini?”tanya Oik.
“Harusnya aku yang tanya gitu. Bukannya kelasmu sedang ada pelajaran”cowok itu balik menatap Oik.
“Lagian percuma masuk kelas toh pelajarannya sudah berlangsung sejak tadi mungkin sekarang sudah mau selesai”jelas Oik. “Kau bolos ya sepertiku?”.
“Aku tidak membolos ini memang waktunya kelasku ada pelajaran olahraga”.
“Jika waktumu olahraga kenapa kau malah duduk saja disini?”tanya Oik. “Dan kau tidak memakai kaos olahraga, hmm mau main basket denganku?”tawar Oik mengambil bola yang tergeletak dikaki cowok tersebut.
“Tidak”tolaknya.
“Kenapa? Tidak bisa main basket ya”tebak Oik, cowok itu menggeleng. “Siapa namamu?”.
“Cakka”jawab cowok itu sambil mengulurkan tangannya ke Oik. “Aku hanya bertanya namamu saja, tidak memintamu berjabat tangan”Cakka menurunkan tangannya kembali.
“Kalau begitu nama kamu sendiri siapa?”kali ini Cakka bertanya. “Kau cukup panggil aku, Oik”jelasnya.
“Kita sudah saling kenal kan sekarang, kalau begitu bolehkan aku jadi temanmu lagian disekolah ini kamu belum kenal siapapun selain aku”ucap Cakka senyum mengembang dibibirnya.
“Jadi temanku? Jangan terlalu berharap banyak ya kau bisa berteman denganku”balas Oik dengan ketus. “Aku tidak mau berteman dengan orang sepertimu”.
“Mungkin saat ini kamu belum mau karena kita baru kenal. Tapi suatu saat kita bisa jadi teman. Aku selalu optimis”Cakka menatap mata Oik dalam. “Itu tidak akan pernah terjadi”perkataan Oik makin judes. Kemudian berlalu dari hadapan Cakka saat bel pelajaran kedua berbunyi.

^^^

“Aku tidak akan mengijinkanmu lagi memakai motorku tanpa bilang dulu, tidak besok dan seterusnya”omel Alvin saudara tiri Oik, usia mereka hanya terpaut beberapa bulan.

Oik berhenti mengunyah makanannya dan balik menatap Alvin “Itu tidak akan terjadi lagi, jika tadi pagi kau tidak meninggalkanku, Vin”.
“Jadi kamu menyalahkan aku? Memangnya hobi ku sepertimu terlambat kesekolah”gerutu Alvin.
“Baiklah, besok aku yang bawa mobilnya. Kau dan Ray naik motor saja”Oik memberikan saran.
“Tidak bisa aku tau kamu pasti bakal ngebut dijalanan. Aku nggak mau mobil kita hancur gara-gara kamu”Alvin menolaknya. “Papa bilang kamu tidak boleh menyetirnya”.


Kemudian papanya Oik menuju meja makan setelah mendengar keributan diruang makan. “Ada apa ini kok pada ribut?”.
“Kebetulan papa disini. Pokoknya besok aku mau bawa mobil sendiri, kalau papa tidak mengijinkan aku nggak akan kesekolah itu lagi”kata Oik setengah mengancam.

“Bukannya papa tidak mengijinkan kamu untuk nyetir sendiri. Cuman papa nggak mau kamu nabrak orang lagi”jelas Papanya. “Oh jadi Papa meragukanku?”mengeluarkan dompetnya dan menunjukkan sesuatu kepada Papanya.
“Aku sudah punya SIM sendiri jadi papa nggak perlu khawatir. Toh dulu salah orang itu sendiri nyebrang tidak lihat-lihat”melemparkan kartu berwarna putih itu kearah papanya.
“Sejak kapan kamu punya SIM?”tanya Alvin bingung. “Kau nggak perlu tau. Alvin”.


^^^


Keesokan harinya Oik berangkat lebih awal karena dia membawa mobil ini adalah rekor pertamanya. Tidak mungkin dia berangkat terlambat saat membawa mobil karena tepat pukul 07.00 WIB gerbang sekolah sudah ditutup. Mobil Oik sampai di sekolahnya saat waktu menunjukan pukul 06.15 WIB, setelah memarkir mobilnya Oik berjalan sepanjang koridor sekolah barunya dan berhenti disalah satu ruang saat dia mendengar suara merdu yang mengalun indah dari petikan gitar.

Didalam ruang tersebut Oik melihat seorang siswa cowok sedang bermain gitar dan bernyanyi. Oik berdiri didekat pintu yang terbuka, memperhatikan siswa tersebut.

Tell me why you’re so hard to forget…
Don’t remind me, I can’t seem to face the truth…
I’m just a little too not over you, not over you…


Kemudian cowok tersebut menghentikan permainannya karena merasa ada yang mengawasinya dan mengarahkan pandangannya ke pintu, tatapannya bertemu dengan Oik.
“Hai!!!”sapanya sambil tersenyum memandang Oik. “Hai”Oik membalas sapaanya, dia tak menyangka kalau itu Cakka.
“Katanya kamu nggak ingin jadi siswa disiplin. Tapi sepagi ini sudah datang kesekolah”katanya sambil melirik kearah jamnya.
Dengan santai Oik menjawab. “Biar ada rekor kalau aku pernah berangkat sepagi ini”. Cakka meletakkan gitarnya dan memandang Oik.

“Ternyata kamu memang tidak keberatan kalau kita berteman”.
“Berteman? Jawabanku masih tetap seperti kemarin. TIDAK AKAN”Oik menekankan suaranya pada kata terakhirnya bahwa dia tak akan pernah mau berteman dengan cowok dihadapannya.

“Lantas kenapa berdiri disitu dan memperhatikanku terus? Aku yakin kamu sejak tadi disitu kan”tebak Cakka, Oik yang jadi salting berlalu dari ruangan tersebut sambil berkata. “Aku kebetulan lewat saja. Kau pikir aku penggemarmu apa?”Oik langsung melengos pergi, mendengar kata-kata gadis itu Cakka malah tersenyum, gadis itu sangat berbeda dan itu menarik baginya.

Dikelasnya Oik sudah mulai bosan mendengarkan gurunya yang menjelaskan pelajaran sejarah sejak sejam yang lalu, yang ingin dia lakukan adalah kabur dari kelas tersebut.


Pulang sekolah Oik tidak langsung pulang mobilnya menuju ke dalam gang sempit kemudian berhenti dilapangan yang sekelilingnya dipenuhi pagar besi yang sudah mulai karatan. Tanpa kesulitan saat memanjat Oik sudah berada diatas pagar meskipun pakai rok dan kemudian melompat.

Didalam sana sudah ada segerombolan anak seusianya, Oik mendekati mereka. “Kau Oik kan?”tanya salah satu diantara mereka. “Apa kalian sudah lupa sama aku, HAH!!!”.
“Tentu tidak, sudah lama kau tidak kesini. Kemana kau memangnya selama ini?”tanya cewek berambut pendek seperti laki-laki dengan tindikan dilidahnya.
“Aku tidak kesini dua minggu sudah kau anggap lama”Oik langsung menjabat tangan cewek tersebut dengan senang.
“Oh ya entar sore ada adu balap”salah satu cowok memberikan informasi. “Apakah kau mau ikut Oik?”tanya cewek tadi yang bernama Siti.
“Nanti ku usahakan datang kesini”ucap Oik tak yakin. “Ok kita tunggu, ada lawan baru lho, mungkin kau mau tanding dengannya!!!”ucap Siti setengah berbisik.
“Siapa? Aku ingin lihat dan mengalahkannya”ucap Oik penuh semangat sambil mengepalkan tangan tak sabar.


Tanpa halangan Oik akhirnya datang ke sirkuit balapan liar tersebut dengan membawa kabur motor ninja hijau milik Alvin. Suara deru motor Oik menjadi pusat perhatian mereka kemudian melepaskan helmnya. Siti menghampiri Oik.

“Akhirnya datang juga kau”ucapnya senang. “Tentu saja aku datang, karena aku ingin lihat lawan baru yang kau ceritakan itu”Oik mengarahkan pandangannya di kerumanan anak-anak muda.
“Itu lawan barumu, namanya Agni dia baru disini seminggu”Sion berbisik, Oik memperhatikan cewek tomboy tak jauh darinya tersebut.
“Aku pasti bisa mengalahkannya, model seperti ini bukan levelku”kata Oik enteng.
“Jangan anggap remeh, kemarin dia habis mengalahkanku dan Riko”Sion memberi tau. “Payah juga ternyata kau bang kalau kalah sama cewek kaya gitu”ledek Oik.
“Makanya aku memintamu jangan sampai kalah malam ini dengannya, aku sudah pasang taruhan tidak sedikit padamu”Sion mengeluarkan 6 lembar uang seratus ribu.
Oik menuju garis start dengan mengendarai motornya, mempersiapkan diri. “Jadi seperti ini tandinganku”ucap Agni meremehkan seperti halnya Oik yang meremehkan dia.
“Kau pikir setelah kau mengalahkan Riko dan Sion, merasa hebat apa?”Oik balas meledek. “Ok. Kita buktikan di sirkuit sekarang juga”Agni menatapnya tajam.


Beberapa saat kemudian adu balapan itu akan dimulai, Oik sudah bersiap begitu pula Agni suara bising motor sudah berkumandangan disekeliling jalan ditambah dengan suara sorakan penonton. Mereka mulai mengeluarkan uang ratusan ribu untuk taruhan, banyak yang mendukung Agni karena cewek itu sudah mengalahkan Riko juara bertahannya.

Siti berdiri ditengah-tengah Oik dan Agni sambil membawa sapu tangan, begitu sapu tangan itu diangkat start dimulai.
“Tidak ada peraturan pertandingan ini, tapi kalian tidak boleh saling mencelakai. Dan finishnya adalah kembali kesini lagi. Didepan ada belokan kalian pilih yang kiri dan kembali kesini lagi. OK”siti memberitahukan peraturan barunya.
“Ready!!!”ucapnya, kemudian mengangkat sapu tangannya. Kedua motor tersebut sudah melesat meninggalkan start. Mereka mulai memacu motor masing-masing dengan kecepatan tinggi jalanan yang sepi membuat mereka leluasa tak perlu khawatir kalau ada orang lewat, motor mereka saling mendahului.

Saat sampai ditikungan Agni mengurangi kecepatan hal ini dimanfaatkan Oik untuk memepet motor Agni, Agni menghindar dengan mengerem mendadak, setelah diakhir tikungan Oik memacu motornya dengan cepat meninggalkan Agni yang tertinggal agak jauh dibelakangnya, namun Agni berhasil menyusulnya. Mereka hampir mendekati finish sorak penonton semakin ramai, Oik menambah sedikit kecepatannya hingga motornya menyentuh garis finish lebih dulu dan di ikuti Agni.

Oik segera melepas helm dan jaketnya memandang sinis kearah Agni, Sion menghampirinya.”Hebat sekali kau malam ini, berhasil mengalahkan Agni. Tidak sia-sia aku memasang taruhan tinggi untukmu”kata Sion bangga sambil menepuk pundak Oik, memberinya selamat. Sion mengeluarkan rokok dan pematik api didalam sakunya menyelipkan dibibirnya sebelum menyulutnya dengan api, Oik menyambar bungkus rokok tersebut.

“Lain kali bagi-bagi dong bang”Oik mengambil sebatang rokok dan mulai menghisapnya dengan santai sambil menikmati kemenangannya
“Tapi dia bukan lawan yang biasa, aku tak boleh meremehkan tapi malam ini aku bolehlah bangga karena berhasil mengalahkan dia”ucapnya senang.
“Jadi pemenangnya adalah Oik”Siti mengangkat tangan Oik, dia tersenyum kepada para penonton, banyak yang kalah taruhan. Dua juta sudah ada ditangan Oik.”Lain kali kalau ada pertandingan jangan lupa kasih tau aku”Oik mengibaskan uang yang didapatnya.
“Aku harus pulang sekarang, soalnya sudah ku bawa kabur motor Alvin. Sampai ketemu nanti”Oik segera meninggalkan lapangan dan pulang kerumahnya.

Oik bersyukur saat pulang Alvin tidak dirumah hanya ada pembantunya dan Ray, kalau menghadapi Ray cukup mudah hanya dengan membelikan es krim kesukaanya bocah itu akan tutup mulut.
“Kau lapar tidak, Ray?”tanya Oik saat Ray duduk didepan computer memainkan game kesukaanya. “Tentu saja kak”Ray menghentikan permainannya dan memandang kearah Oik.
“Aku akan membelikanmu makanan apa saja, asal jangan bilang Alvin kalau aku membawa motornya tanpa ijin”kata Oik. “Apa saja yang ku mau?”Oik menangguk menyanggupi.

“Ok. Aku nggak akan bilang ke kak Alvin. Kalau kak Oik bawa kabur motornya” Ray segera menuju kamarnya dan mengambil jaket, mereka mengelilingi Mall mencari makanan tetapi Oik tidak bilang jika uang yang ia gunakan untuk mentraktir Ray adalah uang hasil menang taruhan.


^^^