Selasa, 22 November 2011

Ku Temukan Penggantinya last part

Hari ini pertengahan November, malam harinya hujan turun dengan sangat lebatnya membasahi bumi. Tak kalah hebatnya suara petir yang bersahut-sahutan. Beberapa jam kemudian hujan mulai reda dan suara petir menghilang, seiring berhentinya hujan lebat. Yang tersisa hanya rintih air hujan.


Ini sudah lewat tengah malam kira-kira pukul 1 dini hari waktu setempat. Oik sudah tak bisa tidur nyenyak semenjak hujan turun beberapa jam yang lalu, ia berusaha memejamkan matanya dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Tapi tetap saja semua posisi tak nyaman menurutnya. Sementara Cakka tertidur lelap, suara hujan dan guntur beberapa waktu lalu tak menggoyahkan tidurnya.
“Cakka…”Oik berusaha membangunkan suaminya itu. Namun Cakka tak juga bangun.


Akhirnya ia segera bangun dari tempat tidurnya, perutnya mules sekali dengan jalan perlahan Oik segera menuju toilet. Rasa mules itu hilang dan timbul begitu saja, Oik sudah tak tahan dengan ketidak nyamanan itu.
“Auhhhh….”rintih Oik sambil terus berjalan perlahan mendekati tempat tidurnya lagi.
Cakka segera terbangun karena mendengar suara Oik barusan, ia segera mendekati istrinya itu.


“Kamu kenapa Ik?”tanya Cakka panik saat melihat Oik meringis kesakitan.
“Perut aku daritadi mules terus, sepertinya mau melahirkan nih Kka. Apalagi anak ini nendang-nendang terus”jelas Oik sambil memegangi perutnya.
“Sebaiknya kita langsung kerumah sakit sekarang”Cakka menuntun Oik menuju mobilnya, dan segera tanjap gas menuju rumah sakit.

Karena terburu-buru tadi Cakka maupun Oik tidak sempet menyiapkan segala sesuatu yang perlu dibawa kerumah sakit seperti perlengkapan bayi. Bahkan Cakka saja masih mengenakan celana pendek dan kaos t-shirt. Yang sempet dibawa hanya Hp dan dompetnya saja.


Ini masih jam 2 pagi semua klinik bersalin tutup pastinya, kecuali jika langsung ke rumah sakit yang memang buka 24 jam. Anaknya ini sangat merepotkan padahal masih didalam kandungan gimana kalau sudah lahir?.


“Ik kamu tahan ya, bentar lagi kita sampai rumah sakit”kata Cakka menguatkan Oik saat mobilnya berhenti dilampu merah. Oik tak menjawab, ia hanya merintih menahan sakit.

^^^

Cakka duduk di ruangan bersalin, tangannya sibuk memencet tombol di Hpnya berusaha menghubungi ibu mertuanya itu untuk segera datang ke Jogja. Dan juga menghubungi kedua orang tuanya yang lagi di Batam.


Dan ibu mertuanya itu baru bisa datang besok, Cakka ingin kembali pulang mengambil perlengkapan yang di butuhkan Oik dan anaknya nanti. Baru saja dia hendak melangkah namun tiba-tiba saja perutnya terasa sakit.


“Arghhh….”rintih Cakka sambil meremas perut, ia pun berjalan menuju toilet karena perutnya mules sekali.
Setelah kembali dari toilet rasa sakit itu belum juga hilang, Cakka segera menelpon pembantu di rumahnya untuk datang kerumah sakit dan membawa perlengkapan untuk Oik dan anaknya karena tadi terburu-buru dan belum sempat mempersiapkan.
Setengah jam kemudian pembantunya datang. Membawa tas yang isinya perlengkapan yang di minta Cakka, ponselnya berdering ada telpon dari Mamanya.
“Hallo, Ma”.
“Iya, belum lah ini juga lagi nunggu”.
“Iya…iya, ok. Udah dulu ya Ma nanti aku kabari”Cakka segera menutup sambungan telpon dengan Mamanya.

Setelah beberapa jam menunggu, terdengar suara tangisan bayi memecah kesunyian rumah sakit, waktu menunjukkan hampir subuh. Pintu ruang bersalin terbuka lalu keluarlah seorang suster sambil menggendong bayi, Cakka segera menghampiri, rasa sakit di perutnya tadi sudah berangsur menghilang.
“Selamat ya mas, bayi nya lahir dengan selamat dan normal. Jenis kelaminnya cowok”jelas suster tersebut sambil menyerahkan bayi itu di gendongan Cakka.
“Terima kasih suster”kata Cakka senang, karena anak yang sudah dinantikannya telah lahir. Sebenarnya Cakka ingin sekali anak pertamanya ini cewek tapi jika lahir cowok ya apa mau dikata. Mau cewek ataupun cowok anak itu adalah anugerah tuhan.


Cakka membelai pipi bayinya yang masih merah itu, kemudian mencium keningnya. Ia pun memasuki ruang rawat dan segera menghampiri Oik yang terbaring lemas, kemudian duduk disamping tempat tidurnya.
“Lihat Ik, wajahnya sangat mirip denganku. Hanya saja pipinya sepertimu temben sih, begitu pula matanya”kata Cakka saat mengamati setiap inchi wajah bayinya.
“Jelaslah Kka, dia kan cowok. Lucu sekali kan kalau dia mirip aku, kamu ini bagaimana sih”jawab Oik, meskipun fisiknya masih lemas namun dia masih tetap bisa bercanda.
Cakka terkekeh. “Hehehe iya juga sih”.
“Jadi siapa nama yang cocok untuk dia?”.
“Gimana kalau nama depannya kita ambil dari nama tengah ku dan nama belakangmu. Ramadlani dan Kawekas jadinya Raka. Gimana?”usul Cakka, Oik berfikir sejenak.
“Boleh juga itu, lalu terusannya?”tanya Oik lagi, Cakka berfikir sejenak.
“Duh susah, kamu saja deh Ik yang lanjutin”ucap Cakka pasrah.
“Kamu gimana si Kka, masa ngasih nama anak sendiri saja tidak bisa”gerutu Oik, ia berfikir sejenak untuk nama anaknya.
“Hmm…gimana kalau Raka Andreas Raynaldi Nuraga, panggilannya Aga”akhirnya Oik menemukkan sebuah nama untuk bayinya itu.
“Andreas? Raynaldi? Bagus juga itu namanya, kamu ambil dari nama siapa?”tanya Cakka.
“Itu nama aku ambil dari nama personil SIB, Debo dan Ray ehehehe. Jadi kamu setuju kalau namanya itu tadi”jelas Oik sambil meminta persetujuan suaminya itu, Cakka mengangguk yang artinya setuju.


Cakka menyerahkan Aga di gendongan Oik, agar Oik bisa memberikannya ASI. Setelah selesai
“Aku mau tidur dulu, Kka”kata Oik yang terlihat masih lemas, kemudian menyerahkan kembali Aga ke gendongan Cakka.
“Iya istirahatlah, kelihatannya kamu lelah”kini Cakka beralih duduk di sofa.

Hujan turun lagi dengan deras, udara dingin mulai menerobos masuk melalui ventilasi jendela. Meskipun AC ruangan sudah di matikan namun dingin masih terasa. Cakka mempererat pelukannya ke Aga, memberikan rasa nyaman dan hangat kepada anaknya itu mengingat udara cukup dingin.
Cakka mengambil Hpnya yang tergeletak di pinggirnya, memencet nomor di kontak dan segera menghubungi Mamanya. Awalnya tidak ada jawaban, namun Cakka menghubungi kembali panggilan kelima baru di angkat.
“Ah…lama sekali sih Ma, angkatnya”omel Cakka.
“Aku cuman mau kasih kabar, kalau anak aku sudah lahir ma, cowok”Cakka menjelaskan.
“Mamanya Oik sih datangnya besok pagi mungkin”.
“Oke, nanti aku kirim”ucap Cakka mengakhiri sambungan telpon dengan mamanya. Meletakkan ponselnya kembali.

Sekali lagi Cakka memperhatikan wajah anaknya itu, sangat mengemaskan sekali. Ia mencubit pipinya yang chubby itu secara perlahan sambil sesekali mencium keningnya. Cakka jadi teringat kembali, jika saja waktu itu Oik tidak mengalami pendarahan yang membuat salah satu janinya gugur. Mungkin saat ini dia bisa menggendong dua bayi sekaligus, pasti lucu sekali.

^^^

Hujan masih rintik-rintik, rasanya agak malas jika melakukan aktivitas di tambah lagi ini hari minggu, dimana semua orang libur kerja. Oik terbangun dari tidurnya disampingnya sudah ada Mamanya, Oik tersenyum.
“Ma, kapan datangnya?”tanya Oik kemudian merubah posisinya menjadi duduk.
“Tadi Ik, sekitar jam lima lah”jelas mama Winda, Oik melihat mamanya sedang menggendong Aga.
“Cakka dimana, ma?”tanya Oik.

“Itu sedang tidur, kayaknya dia kelelahan Ik”mama Winda menunjuk sofa, dilihat suaminya yang tidur pulas di sofa itu. Oik segera turun dari ranjang sambil membawa selimut, ia sudah kuat berjalan kembali meskipun pelan-pelan. Oik menghampirinya, menyelimutkan kain itu ke tubuh Cakka membelai rambutnya yang agak berantakan itu dengan perlahan.


“Mama senang banget lho, Ik. Akhirnya kamu dapat suami seperti Cakka”kata mama Winda ikut senang.
“Iya ma!!!”.
“Setidaknya dia lebih baik dan bertanggung jawab dari pada Alvin itu”.

“Ma, jangan bahas dia lagi dong. Oik masih sakit hati dengan Alvin, yang sudah mengambil Lani”Oik agak kesal saat mama Winda membicarakan mantan suaminya itu.
“Kamu tidak boleh gitu Ik, justru kamu harus memperbaiki hubunganmu dengan Alvin demi Lani biarpun kalian bukan suami istri lagi”mama Winda menasehati anaknya itu.

“Tapi Oik tidak tau kabar Lani sekarang gimana”.
“Makanya kamu harus balik ke Jakarta untuk mencari tau keadaan Lani, lagipula dia masih membutuhkan mu. Mengingat usianya masih balita”saran mama Winda.
“Aku balik ke Jakarta jika Aga udah besar ma, lagian kasian dia kalau jika di ajak berpergian sekarang. Aku yakin Alvin bisa kok mengurus Lani”.



Mama Winda menyerahkan Aga ke gendongan Oik. “Sejak tadi Aga tenang dan nggak rewel”.
“Aku rasa juga gitu ma”Oik memperhatikan setiap detail wajah Aga, suara hujan dan percakapan bundanya dengan oma nya barusan tak mengusik tidur lelapnya.
“Mungkin saja dia mewarisi sifat ayahnya itu”Oik mengalihkan pandangannya ke sofa, mama Winda mengikuti.
“Hahaha kamu ini ada-ada saja Ik”mama Winda tertawa kecil mendengar penuturan Oik.
“Beneran kok ma, lihat saja sendiri Cakka kalau tidur biarpun ada suaru berisik dia tidak terusik kok” Oik bercanda dengan mamanya, tanpa terasa matahari sudah mulai tinggi.



Jam menunjukkan pukul 8 pagi cuaca cukup dingin karena matahari masih bersembunyi dibalik awan sehingga tak bisa menghangatkan bumi. Hujan sudah mulai reda kabut pagi masih menyelimuti sudut-sudut kota Jogja, langit masih mendung.


Cakka menggeliatkan tubuhnya meregangkan otot-ototnya yang kaku itu gara-gara tidur di sofa badannya jadi sakit semua, kemudian menghampiri Oik yang sedang asyik nonton berita kebetulan di kamarnya ada televisinya.

“Eh Kka kamu sudah bangun rupanya!!!”kata Oik, Cakka segera duduk disampingnya.
“Mama mana Ik?”tanya Cakka yang tak melihat ibu mertuanya itu.
“Mama pulang untuk menyiapkan segala sesuatu jika nanti kita pulang ke rumah, seperti kamar tidur Aga”Oik menjelaskan. “Terus Aga?”tanyanya lagi.
“Suster sedang memandikannya”Oik kemudian mengambil rantang yang ada di meja, dan membukanya satu per satu.
“Sebaiknya kamu sarapan dulu ya, tadi mama udah belikan ini makanan buat sarapan kamu”jelas Oik sambil mempersiapakan sarapan untuk suami tercintanya itu.
“Bentaran deh Ik, aku masih ngantuk nih”kata Cakka manja sambil merebahkan kepalanya dibahu Oik.
“Sekarang tidak boleh males gitu ah…nanti aku dimarahi mama kalau kamu sakit”.

Cakka dan Oik sedang bahagia karena kehadiran Aga kini. Di tempat lain diwaktu yang sama sepasang kekasih sedang bahagia duduk di pelaminan, sekarang ini mereka resmi menjadi suami istri. Ya Alvin Jonathan Sindunata dengan Sivia Azizah sedang menyelenggarakan acara pernikahan mereka. Sudah tak tampak kesedihan di wajah Alvin yang baru beberapa bulan lalu kehilangan istrinya.

Tampak juga Lani dan Zahra yang ikut bahagia, mereka berdua sedang asyik menghabiskan pudding bersama.

Alvin memulai lembaran hidup baru bersama kedua putrinya dari ibu yang berbeda dan dengan Sivia tentunya. Kini ia harus merubah sikapnya yang kasar dan keras itu mengingat kedua putrinya kini sudah mulai beranjak dewasa nantinya.

Hari-hari yang dilalui Oik kini semakin indah dan menyenangkan bersama Aga dan Cakka tentunya.

Epilog

Kini Aga sudah berusia 4 tahun. Malam harinya Oik sudah mengajaknya belajar.
“Mulai besok kamu sudah masuk TK, jadi kamu harus banyak belajar supaya apa?”kata Oik kepada Aga setelah anaknya itu selesai belajar.
“Supaya pintar dong, bunda”jawab Aga, yang sudah lancar berbicara bahkan mengucapkan kata R dan S, dia sudah bisa.
“Hahaha…betul sekali, anak bunda pintar sekarang ini”kata Oik sambil mengacak-acak rambut anaknya
“Ya sudah kamu sekarang tidur ya”suruh Oik. Aga segera menuju kamar, sementara Oik membereskan buku-buku.

Aga tidak segera menuju kamarnya melainkan dikamar disebelahnya, membuka handle pintu dan masuk ke kamar menghampiri Cakka yang sedang asyik memainkan Hpnya.
“Ayah…”panggil Aga mendekati Cakka, kemudian naik ke kasur duduk disebelah ayahnya itu.
“Kamu sudah selesai belajarnya?”tanya Cakka memastikan.
“Sudah dong, sekarang bunda menyuruhku tidur. Biar nanti pagi tidak kesiangan bangunnya”jelas Aga dengan tingkahnya yang lucu, membuat Cakka gemas.
“Ya sudah sekarang Aga tidur ya”Aga malah merebahkan tubuhnya disamping Cakka.
“Kok tidur disini? Tidur di kamar kamu sendiri dong”tegur Cakka.
“Tidak mau, Aga mau tidur disini bareng sama Ayah”jelasnya. “Ya nanti bunda kamu tidur dimana?”.
“Biar bunda tidur sendiri, kan bunda sudah besar masa tidur sama ayah terus sih”balas Aga yang sudah mulai bisa membantah omongan Cakka.
“Tapi kan bunda, istrinya ayah. Jadi ya bunda tidurnya sama ayah dong, lagian kamu udah gede harus berani tidur sendiri”Aga tak kehabisan akal agar bisa tidur bersama ayahnya.
“Hmm…gimana kalau kita tidur bertiga saja”Aga memberikan usul.
“Tidak. Mendingan kita tidur dikamar kamu saja, biar bunda tidur disini”kata Cakka akhirnya, jika nanti Aga tidur bersamanya sudah pasti ia tak bisa leluasa bermesraan dengan Oik diatas ranjang.
“Setuju”kata Aga dengan wajah berseri, mereka berdua segera menuju kamar disebelahnya. Jika sudah tertidur lelap nanti Cakka akan pindah ke kamarnya sendiri.

^^^

Keesokan harinya Oik sedang bersiap-siap mengantarkan Aga kesekolahnya. Kini Oik berada diruang makan menikmati sarapan pagi ini bersama suami dan anaknya.
“Nanti kamu tidak usah bawa mobil sendiri kalau ngantar Aga, bareng aku saja. Kebetulan nanti aku pulangnya siang kok”jelas Cakka setelah selesai makan. Oik hanya mengangguk
“Asyik, berarti nanti sepulang aku dari sekolah. Kita jalan-jalan yah”kata Aga girang, jika yang mengantar jemput ayahnya pasti dia bisa meminta kemanapun sesukanya. Tapi jika Oik yang mengantar pasti Oik enggan jalan-jalan.
“Sipp…nanti siang kita ke jalan-jalan, kemanapun sesukamu”Cakka menyanggupi.
Setelah selesai makan ketiga Nuraga itu segera menuju sekolah, yang tidak terlalu jauh dari perumahan mereka.
“Ik, aku berangkat dulu ya”pamit Cakka, setelah mereka sampai didepan gerbang sekolah.
“Ok…hati-hati ya”ucap Oik sambil mencium tangan Cakka. Kini Cakka beralih ke Aga, ia sedikit berjongkok.
“Ayah berangkat kerja dulu ya, kamu sekolah yang rajin supaya pintar dan jangan bandel ok. Biar tidak dimarahi sama bunda”pesan Cakka kepada anaknya itu sembari berpamitan.
“Ya…”jawabnya singkat, ketika Cakka hendak berdiri. Aga memanggilanya lagi.
“Ayah…ayah…”panggil Aga sembari menunjuk-nunjuk pipinya yang artisnya sebelum Cakka pergi dia harus menciumnya terlebih dahulu. Cakka mengerti ia merendahkan badanya sedikit agar bisa mencium pipi anaknya itu.
“Masa gitu saja bisa lupa”omel Aga.
“Maaf habisnya ayah sudah buru-buru sayang”Cakka menjelaskan. Oik segera menegurnya.
“Aga waktunya kita masuk sudah setengah delapan ini, nanti dimarahi ibu guru kalau telat masuknya”Oik melerai kemesraan ayah dan anak itu.

Aga segera menggandeng tangan Oik untuk memasuki kelas, tangan kanannya melambai kearah ayahnya, setelah Oik dan Aga menghilang dari pandangannya Cakka segera memasuki mobilnya.

Karena masih TK, maka Oik mendampingi Aga saat proses pembelajaran didalam kelas. Mulai dari menyanyi, menggambar dan mewarnai. Ya bisa dikatakan Oik sekolah TK lagi, untunglah Aga sudah bisa melakukan itu semua sendiri tanpa bantuan Oik. Teman-temannya masih banyak dibantu sama ibunya.

^^^
Setelah pulang dari sekolahnya Oik dan Aga serta Cakka jalan-jalan di Amplas Jogja, menghabiskan waktu mereka bersama-sama sampai sore menjelang. Mulai shopping, makan, nonton film di bioskop.

Kini Oik sudah menemukkan pengantinya Lani dan Alvin. Namun kenangannya bersama Alvin dan Lani akan tetap hidup didalam hatinya, entah kapan dia bisa bertemu dengan anak pertamanya itu.

Senin, 07 November 2011

Ku Temukan Penggantinya 3

Baru 2 bulan tinggal di Jogja Oik sudah mulai terbiasa hidup tanpa Lani, rasanya udah kaya beberapa tahun. Dan orang tua Cakka terutama mamanya, sikapnya sudah tidak sedingin dulu. Malah kebalikannya perhatian ke Oik, mungkin karena saat ini ia sedang mengandung anaknya Cakka yang berarti cucunya juga.

Hari ini kedua mertuanya itu, papa Jo dan mama Uci sedang mengemasi pakaiannya ke dalam koper. Katanya beliau hari ini akan ke Batam karena urusan pekerjaan yang tidak bisa ditunda untuk 5 bulan kedepan, rasanya berat sekali meninggalkan anak dan menantunya itu, dan sebentar lagi cucunya itu akan lahir.

“Ya. Kenapa selama itu sih Ma”ucap Cakka saat mama Uci sudah selesai mengemasi seluruh pakaian yang dibutuhkan.
“Mau gimana lagi Cakka, pekerjaan ini tidak bisa di tunda lagi. Sebenarnya mama juga berat ke Batam, apalagi cucu mama sebentar lagi kan lahir”jelas mama Uci.
“Nah maka dari itu berangkatnya kalau anak aku udah lahir saja”saran Cakka penuh harapan.
“Tidak bisa di tunda lagipula ini demi perusahaan kita. Lagian tidak masalah kalau mama yang pergi daripada kamu”mama Uci mencoba menyakinkan Cakka. Oik hanya tersenyum di ambang pintu melihat suaminya sedang berusaha merayu ibu mertuanya itu agar tidak pergi.
“Nanti aku hanya berdua saja dengan Oik dong”.
“Ya nanti kamu kan bisa suruh ibu mertua kamu datang kesini, jika kalian kesepian”saran mama Uci.
“Ah mama tidak perlu khawatir kami bisa kok jaga diri. Lagian saatnya bagi kami hidup mandiri”Oik segera menghampiri mereka.
“Tuh Oik saja sanggup kok, lagian kamu harus belajar mandiri”mama Uci segera melihat arloji ditangannya. “Ya sudah jam 10 mama harus segera berangkat ke bandara karena jam 11 nanti pesawatnya segera berangkat”.
“Jaga diri kalian baik-baik ya”ucap papa Jo sebelum berangkat.
“Aisshhh…papa tidak usah khawatir lagipula kami sudah dewasa, dan sebentar lagi jadi orang tua”.

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai dibandara…Terdengar pengumuman bahwa pesawat tujuan Batam kepulauan Riau akan segera take off 20 menit lagi.

“Kami berangkat dulu ya”pamit papa Jo sambil mendorong koper mereka.
“Ya. Kalau sampai sana segera hubungi kami”pesan Cakka.

Cakka dan Oik kini sudah berada di mobil dalam perjalanan pulang. Mobil mereka berhenti karena lampu merah, Oik membuka sedikit kaca samping mobil tiba-tiba saja ia melihat spanduk gede di tepi jalan. Disana tertulis bahwa hari sabtu depan ada konser band SIB di Jogja belum sempet Oik membaca kelanjutannya lampu hijau sudah menyala, Cakka menjalankan mobilnya.


“Eh. Cakka berhenti sebentar kenapa”ucap Oik menyuruh Cakka berhenti.
“Ya. Ini udah lampu hijau noh masa berhenti”jarinya menunjuk lampu lalu lintas tersebut.
“Ah pokoknya kamu harus balik ketempat tadi”suruh Oik memaksa.
“Memangnya ada apa sih?”tanya Cakka bingung.
“Tadi aku lihat sekilas spanduk tuh ditepi jalan tadi, disana tertulis bahwa minggu ini ada konser SIB di Jogja”.


Cakka akhirnya memutar balik mobilnya ketempat pas dia berhenti di lampu merah, Oik segera turun untuk melihat spanduk tadi Cakka mengikutinya.
“Lihat deh konser SIB akan diadakan sabtu depan, tiketnya bisa langsung dipesan sekarang”ucap Oik girang ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi nomor yang tertera di spanduk itu untuk memesan tiket.
“Apa…jadi kamu mau nonton konser gitu?”tanya Cakka memastikan, Oik mengangguk. “Tidak. Tidak bisa lagian kamu kan sedang hamil gitu masa mau nonton konser. Aku tidak mengijinkanmu”tolak Cakka keberatan. Membuat Oik kecewa karena tidak mendapat ijin suaminya padahal ia ingin sekali bertemu dengan salah satu personilnya, yang juga idolanya.

Oik tidak menghiraukan ucapan Cakka barusan, dia tetap menelpon salah satu penjual tiket itu dan memesannya.
“Memangnya kalau orang hamil tidak boleh gitu nonton konser, aku lagi butuh hiburan kaya gini. Nanti deh aku pesen yang VVIP jadi tidak perlu berdesak-desakan”Oik berusaha meyakinkan Cakka.
Cakka menghela nafas. “Kalau kamu butuh hiburan bukan dengan nonton konser begini, Ik. Apa kamu tidak kasihan bayi yang ada didalam perutmu itu, kalau kamu capek kan dia juga ikut merasakan. Pokoknya aku tidak mengijinkanmu titik”ucap Cakka tegas, Oik menatap kesal kearah Cakka.
Ia segera berbalik menuju mobil dan segera masuk, Cakka mengikuti dibelakangnya.

^^^
Malam harinya… Cakka dan Oik lagi makan malam bareng. Namun Oik hanya memandang dan mengaduk-aduk makanannya saja tanpa nafsu. Sementara Cakka yang sudah selesai makan.
“Aku mau tidur saja, tidak lapar nih”Oik beranjak dari kursinya menuju kamar.
Mana mungkin Oik tidak lapar, apalagi dia sedang berbadan dua. Cakka segera menyusul Oik sambil membawa makanan.
Oik lagi tiduran, Cakka mendekatinya dan membelai pundak istrinya.
“Ayo makan dong Ik, pasti deh kalau kaya gini ada maunya”Cakka berusaha membujuk Oik dan menebak apa yang sedang di ingini istrinya itu.
“Ah…tidak, sebelum kamu mengijinkan aku pergi nonton konser. Biar saja anak ini kelaparan ini semua salahmu”ucap Oik ngambek.
Aishh…Oik pakai acara ngambek segala lagi, tidak ada pilihan lain baginya selain mengalah. Lagian selama menikah baru kali ini Oik ingin sekali menonton konser, mungkin saja itu keinginan calon anaknya.

“Ok…Ya aku mengijinkan mu nonton itu konser”ucap Cakka akhirnya dengan terpaksa, Oik segera membalikan badannya dan menatap Cakka.
“Sungguh…”Oik berusaha menyakinkan kalau telinganya tidak salah dengar.
“Ya…kamu dengar tidak ucapanku barusan?”tanya Cakka. “Hehehe iya dengar, makasih ya sayang”Oik mendekat ke arah Cakka dan mencium bibir pria itu dengan lembut.
“Kalau gitu kamu makan dulu ya”Cakka menyodorkan piring berisi makanan itu ke Oik. “Suapin tapi”pinta Oik manja.


Keesokan harinya Oik memesan tiket lagi kali ini untuk Cakka, namun tiket yang tersisa hanya regular.
“Ya gimana dong tiket yang VVIP nya udah habis, tinggal yang reguler nih”kata Oik kepada Cakka setelah mematikan telponnya.
“Terserahlah mau reguler atau VVIP sekaligus, yang penting aku ikut. Aku tidak mungkinkan membiarkanmu pergi seorang diri”.
“Baiklah jika kamu tidak keberatan jika hanya mendapat tiket yang reguler”Oik memencet kembali nomor yang tadi, ia segera memesan tiket lagi.

^^^

Hari yang di tunggu Oik tiba. Kini dia dan Cakka sudah tiba di Grand Quality Hotel tempat acara konser indoor tersebut, di depan hotel dan kanan kiri jalan sudah membentang poster personil SIB.
Oik segera turun dari mobilnya ia sudah tidak sabar ingin melihat perform band idolanya itu, di lobby hotel sudah banyak sekali para SIBlink fans dari band tersebut dengan memakai atribut berupa kaos, pin dan juga membawa poster.
Akhirnya panitia menyuruh mereka masuk, dengan menunjukkan tiket masing-masing. Cakka dan Oik sudah terpisah semenjak memasuki tempat acara karena yang VVIP berada di barisan depan sendiri di tasnya sudah ada camera dan handycam, ckckckc dasar wanita. Sementara Cakka dibelakang.

Sang MC mulai membuka acara konser tersebut, para penonton yang berada di auditorium hotel sudah meneriakan agar SIB segera tampil. Beberapa menit kemudian para personilnya keluar dari ruang make-up menuju panggung.
Para Siblink khususnya sudah meneriakkan idola masing-masing. Personilnya terdiri dari Gabriel Steven (vocal), Andreyos Debo (vocal), Raynald Prasetya (Drum), Mario Aditya (Gitaris) dan Zevana Arga (Bass). Zevana juga satu-satunya personil perempuan.

“Baiklah kalau begitu langsung kita sambut saja Super Idola Band”teriak MC dengan menggunakan microphone. Band tersebut naik ke panggung dan disambut dengan tepuk tangan meriah dari fansnya. Oik sudah memegang camera ditangannya mengambil foto Debo idolanya itu, dan beberapa foto personil lain.

Sementara Cakka sibuk dengan handphonenya tidak memperdulikan lagu yang di nyanyikan band tersebut. Hp ditas Oik berdering namun ia tak memperdulikan karena sibuk mengambil gambar.

Saat menyanyi lagu One Less Lonely Girl, lagu yang pernah di populerkan oleh Justin Bieber. Debo dan Gabriel menarik salah satu gadis untuk di ajak ke atas panggung. Oik iri sekali dengan mereka, harus di ingat sekarang bahwa dia sekarang bukanlah gadis yang kesepian lagi. Lagipula di akhir acara nanti dirinya bisa fotbar dengan idolanya itu karena memiliki tiket VVIP.
Akhirnya beberapa lagu sudah di bawakan SIB. Di lagu yang berikut ini Debo nyanyi sendirian dengan di iringi oleh gitar dari Ray dan Rio, berbicara di depan mic.
“Lagu yang ini, aku bawakan untuk seseorang yang telah hadir kembali dalam kehidupanku” mata Debo memandang kearah wanita yang duduk di samping panggung.
“Langsung saja. Kutemukan Penggantinya, lagu ini untuk orang yang aku cintai”Debo berdiri menghadap para fansnya, membuat mereka berebut untuk bisa menyentuh tangannya.

Rio dan Ray memainkan gitarnya untuk intro sebuah lagu. Kemudian gitar mereka beralun pelan sampai akhirnya berhenti sesaat.

Sebuah kisah tertulis indah dimasa lalu…
Tak teraba oleh hati siapapun…

Hingga kau hadir dengan segala kelemahanmu…
Cacat hidupmu menyempurnakanku…

Kemudian gitar dimainkan lagi
Kesakitanku bertambah pahit…
Ketika harus akui…

Aku menaham rasa cintaku untukmu…
Namun kau tetap ada…

Kini Debo menyanyikan lagu itu sampai di reff

Kau hadir dalam bayangan yang tak pernah kuanggap…
Kau ada di dalam bayangan semu…
Kau merindu dan membuatku jatuh kepadamu…
Kau menyayangku dan buatku berkata…
Ku temukan penggantinya…


Oik mendengarkan lagu yang di bawakan Debo tadi, seperti kisah cintanya. Dia jadi teringat Alvin mantan suaminya itu, jika teringat Alvin pasti dia teringat Lani juga. Matanya mulai berkaca-kaca. Gimana sekarang keadaan putrinya itu. Apa dia baik-baik saja dengan Alvin? Apakah Lani betah tinggal dengan ayahnya?!.

Back to Alvin.


Ini sudah jam 9 malam dari sebuah rumah besar, terdengar suara ribut dari rumah itu. Dua gadis kecil itu hanya bisa menangis saat kedua orang tuanya bertengkar hebat, baby sisternya binggung bagaimana menenangkan kedua gadis kecil itu.

“Jadi kamu tanda tangan atau tidak?”suara Alvin mulai meninggi ditangannya menggengam surat. Surat? Surat gugatan cerailah emang surat warisan, jangan mengharap wanita itu mendapat harta dari lelaki yang dicintainya itu.
“Aku tidak mau Vin. Kamu memaksaku, agar kamu bisa cepet menikah dengan Sivia Azizah pacar barumu itukan?”balas Shilla sengit.
“Itu bukan urusanku, lagian aku benci perempuan penipu sepertimu. Beraninya kamu membohongiku”.
“Jadi kamu yang sudah menyuap hakim itu agar Lani bisa bersamamu? Kamu keterlaluan Vin memisahkan dia dengan ibu kandungnya”kata Shilla tak percaya.
“Kamu lihat sendiri kan, aku bisa melakukan apapun yang ku inginkan”Alvin tertawa licik.
“Aku tetap tidak mau bercerai darimu, Vin”Shilla beranjak dari kamarnya. Alvin berusaha mengejar Shilla yang hendak menuruni tangga, Alvin sudah mencekal tangannya membuat langkahnya terhenti.
“Kamu mau kemana. HAH???”Alvin sedikit membentak.
“Aku mau menenangkan Zahra, lepasin aku Vin”Shilla berusaha berontak. Di bawah sana anak-anaknya beserta baby sisternya memperhatikan mereka.

“Kamu tidak lihat Zahra dan Lani sedang menangis”tangan Shilla menunjuk dua gadis kecil menangis sejak tadi.
“Tidak akan. Kamu tanda tangani ini dulu baru kamu boleh menenangkan Zahra kalau perlu bawa dia pergi saja dari sini”tangan Alvin mencengkram tangan Shilla kuat, wanita itu membrontak dengan sekuat tenaga. Shilla berhasil melepaskan lengannya dari tangan Alvin, namun sayangnya kakinya yang berdiri di tangga terpeleset karena dia memakai higheels. Alvin berusaha meraih tangan Shilla sebelum tubuh wanita itu berguling di anak tangga namun tak berhasil. Kejadian itu begitu cepat.
“SHILLAAAAAAAAAAA”teriak Alvin saat tubuh wanita itu sampai dibawah tangga. Bukan hanya Alvin yang menjerit namun juga pembantu dan kedua putrinya.
Alvin kemudian menuruni tangga, dan mendapati istrinya sudah terkapar bersimbah darah terutama di kepalanya.

“Shilla bangun. Shill”panggil Alvin sambil mengguncang tubuh wanita itu, namun tak ada reaksi sama sekali.

Sesampainya di rumah sakit, Alvin berjalan mondar-mandir didepan ruang UGD dengan perasaan cemas dan rasa bersalah di benaknya biar bagaimanapun Shilla adalah wanita yang di cintainya sampai dia tega meninggalkan Oik istrinya, dan Lani yang masih bayi.
Dokter kemudian keluar dari ruangan UGD, Alvin segera menghampirinya dan menanyakan keadaan istrinya itu.
“Bagaimana keadaan istri saya dok?”tanya Alvin tak sabaran.
“Saya sudah berusaha menyelamatkan nyawanya namun tuhan berkehendak lain. Luka di kepalanya yang di akibatkan benturan itu menyebabkan pendarahan di otak besarnya”jelas dokter tersebut. Alvin segera melangkah menuju ruangan UGD dan melihat suster menutup tubuh wanita itu dengan selimut.

Alvin segera membuka kembali selimut itu, penyesalannya kini tidak ada guna lagi. Wanita itu sudah pergi untuk selamanya dari hidupnya.

FlashBack to Oik.

Setelah selesai acara konser tersebut, Oik tengah sibuk meminta foto dengan idolanya. Namun entah kenapa perasaannya jadi sedih dan seperti kehilangan, tapi ia tak terlalu menghiraukan.
Setelah puas foto dengan Debo sang idolanya. Dan kini dia sedang berfoto ria dengan Drummer SIB, Raynald Prasetya.

Setelah mencari di antara kerumunan orang Cakka akhirnya menemukkan Oik yang tengah berfoto ria dengan salah satu personil berambut gondrong dan berwajah imut. Membuat Cakka agak sedikit panas dan cemburu, karena apa? Karena Oik foto sambil merangkul pundak Ray. Huh apa-apaan itu Oik, batinnya kesal.
“Terima kasih Ray, aku senang sekali bisa ketemu denganmu secara langsung”kata Oik girang.
“Oh ya. Aku juga senang kakak mau bela-belain datang lihat performku, meskipun sedang hamil”jelas Ray.
“Hmm…aku juga berharap nanti anakku ini bisa berbakat sepertimu Ray”Oik terus-terusan memuji drummer itu. “Ray, kamu mau kan menyentuhnya. Biar anak aku nanti berbakat sepertimu”pinta Oik.
“Iya kak semoga saja anak ini nanti bisa lebih hebat dari aku. Dan menjadi anak yang berbakti ke orang tuanya”kata Ray sambil menyentuh perut Oik.

Cakka yang melihat hal itu dari kejauhan sudah semakin kesal, hanya dia yang boleh melakukannya. Kemudian beberapa cewek-cewek menarik Ray karena minta foto bareng dengan cowok imut itu, kini Oik bingung minta foto ke siapa lagi. Rio dan Gabriel juga masih sibuk karena banyak sekali cewek-cewek yang ngantri minta tanda tangan dan foto. Oik melihat Cakka berdiri tak jauh darinya segera melambaikan tangannya ke pria tersebut.
Cakka segera menghampiri Oik.
“Ik. Pulang yuk, ini udah hampir malam”ucap Cakka sambil menunjuk jam di tangannya.
“Bentar lagi…aku mau foto dulu sama personil SIB yang lainnya. Tanggung nih mumpung disini juga”tolak Oik.

Setelah puas fotbar dengan semua personil band itu, akhirnya keduanya pulang. Di tengah jalan menuju parkiran Oik tersenyum senang melihat hasil foto-foto konser tadi, dan foto dirinya dengan semua personil.
“Tadi suara Debo bagus sekali. Hmm… tapi Ray lebih hebat lagi bisa main drum dan gitar juga, aku berharap nanti anak kita bisa seperti dia”cerocos Oik memuji personil band tersebut di mobil saat perjalanan pulang. Namun Cakka tak menanggapinya ia hanya diam saja.
“Kamu ini kenapa sih diam saja?”tanya Oik heran melihat Cakka yang sudah berwajah masam dan sama sekali tak tersenyum.
“Aku tahu. Kamu pasti iri denganku karena tidak bisa foto bersama mereka kan”tebak Oik. “Ini kesalahanmu sendiri dari awal tidak mengijinkanku pergi nonton konser itu, coba saja dari awal kamu setuju aku nonton konser itu. Pasti aku bisa memesan dua tiket untuk kita” mendengar ucapan Oik barusan Cakka segera menghentikan laju mobilnya.
“Cukup Ik. Hentikan semua ocehanmu memuji band itu, apa sih hebatnya mereka? Suaranya saja pas-pasan ”ucap Cakka kesal. Membuat Oik terdiam sesaat.
“Pas-pasan? Suara mereka bagus tau. Apalagi Debo nyanyi lagu ku temukan penggantinya, cocok banget sam kisahku dan kamu”.
“Yayaya…Tapi cara kamu tadi berlebihan pakai peluk-peluk mereka segala. Tingkahmu sudah kaya abg saja, harusnya kamu ingat kamu sekarang ini siapa”
“Kamu… cemburu ya? Ya ampun aku cuman minta foto bareng saja, lagian aku nggak meluk mereka juga. Kamu saja yang terlalu berlebihan”.
“Tau ah”Cakka mulai menjalankan mobilnya perlahan.
“Ngambek nih?…hahaha”goda Oik sambil ketawa melihat ekspresi wajah Cakka.
“Udah tua juga masih aja ngambek sih, tapi makin cakep juga kok”goda Oik sambil mencolek dagu Cakka yang lagi nyetir.
“Eh siapa bilang, aku masih 25 tahun jadi belum tua. Kalau sudah diatas 50 tahun itu baru disebut tua”.
Jadilah sepanjang perjalanan pulang kerumahnya tak henti-hentinya Oik menggoda Cakka, membuat pria itu agak kesal.

^^^

Pagi-pagi sekali Oik sudah terbangun karena kakinya terasa sakit dan nyeri, ini gara-gara semalaman ia terlalu lama berdiri saat meminta foto personil SIB. Tidak hanya itu bayi yang ada di dalam perutnya juga terus bergerak menendang-nendangnya. Oik segera saja membangunkan Cakka yang masih terlelap tidur itu.
“Kka ayo, buruan bangun”panggil Oik sambil menepuk bahu suaminya itu. Namun Cakka tak menghiraukannya ia masih saja tertidur.
“Uhhggg…”Oik mengerang kesal karena Cakka susah sekali di bangun’in. Mengambil guling disampingnya dan memukul punggung Cakka secara pelan.
“Cakka bangun…Kka”kesal Oik. Cakka segera terbangun dan mengeliatkan badannya kemudian membalikan badannya dan memandang Oik.
“Kenapa sih Ik? Aku masih ngantuk nih, baru jam setengah empat juga”ujar Cakka sambil menunjuk jam di mejanya, melihat respon Cakka itu Oik mengurungkan niatnya.
“Nggak apa-apa deh. Kamu lanjutkan tidurmu”ujar Oik lalu mencoba memejamkan matanya. Cakka kemudian memandang kearah Oik kemudian membelai rambutnya.
“Kamu kenapa?”tanyanya. Oik hanya diam saja.
“Hei…kamu kenapa? Bilang dong sama aku?”.
“Kaki ku sakit sekali nih. Tolong pijitin dong Kka”pinta Oik.
“Pasti gara-gara nonton konser kemarin, sudah dibilangin juga tidak usah nonton ngeyel sih kamu”omel Cakka.
“Ya maaf deh, habisnya aku ingin sekali menontonnya. Ini semua juga keinginan anakmu tau”jelas Oik. Cakka segera mengubah posisinya, kemudian mendekat kearah Oik. Meletakkan kaki Oik dipangkuannya dan memijatnya perlahan.
“Alasan saja”.
“Lagian suara music kan bagus untuk bayi, Kka”lanjut Oik.
“Bagus apanya? Memangnya nonton konser itu bagus ya untuk perkembangan bayi yang masih di kandungan. Baru tau aku”omel Cakka sekali lagi. Kemudian meletakkan tangan kanannya di atas perut Oik.
“Huh…tenang sayang, ayah tidak akan membiarkan bunda menyakitimu lagi”ucap Cakka sambil membelai perut Oik dengan sayang, seolah mengerti bayi yang ada didalam kandung istrinya itu tidak lagi mendengang perut ibunya.
“Ayah sayang kamu”ucapnya lagi sembari mencium perut Oik.
“Aku tidak menyakitinya kok. Cuman mau mengajaknya nonton saja”bela Oik.
“Sayang, nanti kamu jangan jadi anak yang suka mengomel dan ngambekan seperti ayahmu itu ya”kata Oik memberitahu anaknya sambil mengelus perut besarnya itu.

Keesokan harinya Cakka mengantar Oik kerumah sakit, biasalah kalau orang lagi hamil memang biasanya harus rajin check up.
“Bayinya sehat dan normal tidak ada masalah. Cuman istri anda harus istirahat yang cukup”pesan dokter tersebut pada Cakka.

“Kamu ini merepotkan saja, aku kan jadi kesiangan ke kantornya”jelas Cakka saat mereka dalam perjalanan pulang.
“Sebaiknya hari ini kamu libur saja, sekali-kali tidak masuk sehari tidak apa-apakan”perintah Oik layaknya bos.
Akhirnya Cakka menuruti apa yang dikatakan Oik, hari ini dia tidak pergi ke tempat kerjanya melainkan dirumah saja membosankan memang.
“Sebaiknya kamu istirahat saja”ucap Cakka, kemudian Oik duduk diatas kasur dan menyalakan televisi.
“Kalau gitu aku buatkan susu dulu ya”Cakka segera beranjak dari kamar menuju dapur.
“Ya”jawab Oik singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Beberapa menit kemudian Cakka kembali dengan membawa segelas susu hangat dan menyodorkannya pada Oik.
“Nih kamu minum dulu. Jangan lupa habisin ya”Oik menerimanya dan meminumnya sampai habis. Cakka segera kembali kedapur lagi.

Hari ini dia sedang libur dan masih pagi, Cakka ingin sekali membuat nasi goreng. Apa salahnya kalau dia membuatnya sendiri tanpa perlu minta bantuan Oik.
Karena lama tak segera kembali untuk menemaninya nonton televisi Oik segera beranjak dari kamarnya menuju dapur. Dilihatnya Cakka sedang memotong beberapa sayuran, Oik segera menghampirinya.
“Kamu lagi ngapain?”tanya Oik yang sudah berdiri disamping Cakka.
“Eh Oik. Aku mau bikin nasi goreng, kebetulan aku ingin sekali makan nasi goreng”Cakka menjelaskan.
“Sini biar aku yang buatin”Oik segera mengambil pisau yang dipegang Cakka.
“Tidak usah Ik, aku bisa membuatnya. Sebaiknya kamu istirahat saja”tolaknya dan menyuruhnya istrinya untuk istirahat saja.
“Aku sudah tidak apa-apa. Kalau gitu biar aku yang menggorengnya”pinta Oik. Jadilah akhirnya mereka membuat sarapan pagi itu bersama.

^^^
Tepat jam 1 pagi pukul setempat Cakka terbangun dari tidurnya, bukan karena dia tak bisa tidur melainkan hari ini ada jadwal pertandingan sepak bola club kesukannya. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan segera menyalakan TV yang ada dikamarnya, Cakka memencet remote TV untuk mendapatkan channel yang menayangkan pertandingan sepak bola. Cakka kemudian berfikir sejenak kayaknya tidak asyik jika nonton TV tanpa makan sesuatu, tiba-tiba saja ia ingin sekali makan pizza. Cakka segera mengambil ponsel dan memesan pizza tersebut.

Sambil menunggu pesanannya datang ia sudah duduk di sofa depan TV, Oik masih tetap tertidur meskipun suara berisik dari TV bergema di kamarnya.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamar diketuk, Cakka segera menuju pintu dan membukanya ternyata itu pembantunya yang mengantar dua kotak pizza hangat pesanannya.

Cakka berteriak keras saat club kesukaannya berhasil mencetak gol ke gawang lawan, dan teriakannya itu membuat Oik terbangun. Lalu ia mendekati Cakka dan duduk disampingnya.
“Eh Ik kamu sudah bangun ya?”tanyanya, Oik mengangguk.
“Kamu sedang makan apa?”tanya balik Oik saat melihat Cakka sedang memakan sesuatu.
“Pizza”jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan dari TV.

Oik melihat kotak didekatnya dan membukanya ternyata kosong, dan yang satunya lagi dipangkuan Cakka namun tinggal sepotong.
“Dan dua kotak itu kamu habiskan sendiri tanpa membaginya denganku? Ckckc”Oik berdecak heran.
“Hehehe…awalnya aku mau membaginya denganmu tapi kamu kan sedang tidur, aku tidak tega membangunkanmu”Cakka menjelaskan.
“Astaga kamu ini memang rakus. Kalau gitu yang sepotong buat aku saja ya”Oik segera mengambil sisa pizza yang tinggal sepotong itu.
“Ya…kok diambil sih Ik, kalau kamu mau aku bisa pesan lagi”.
“Sepotong ini juga ingin kamu makan juga?”tanya Oik heran. “Tidak usah pesan lagi. Lagian satu ini saja cukup buatku”.
“Sekarang buatkan aku susu dong. Aku males jalan ke dapur”perintah Oik. “Ya bentar”kata Cakka segera beranjak dari tempat duduknya menuju dapur.

Cakka kembali ke kamarnya dengan membawa susu hangat untuk Oik.
“Ini minum sampai habis”kata Cakka mengingatkan. “Kamu memang baik sekali mau membuatkannya untukku”puji Oik.
“Memang aku yang setiap hari membuatkannya untukmu, mana pernah kamu bikin sendiri dan aku juga harus mengingatkanmu untuk meminumnya. Kamu semakin manja saja Ik”komentar Cakka, Oik hanya menganggapinya dengan senyuman saja.

“Sebaiknya kamu tidur saja ya”suruh Cakka, Oik menggeleng. “Tidak. Aku mau menemanimu bergadang nonton bola itu, lagian aku tidak mengantuk sekarang”.
Jadilah mereka berdua tidak tidur sampai pagi karena asyik menonton TV sampai pagi menjelang.


^^^

Malam minggu Cakka mengajak Oik jalan berkeliling kota Jogja, mobil mereka berhenti dirumah makan apung ditengah danau kecil buatan. Cakka ingin sekali makan disana karena sudah lama ia tidak pernah datang ke tempat itu sejak pindah ke Jakarta.
“Kenapa meski makan disini sih, kamu lihat deh tempatnya sangat ramai. Mungkin tempatnya sudah full tuh”kata Oik keberatan.
“Disini saja deh, lagian suasana dan tempatnya nyaman kok, pasti ada tempat kosong”Cakka segera turun dari mobilnya di ikuti Oik.
“Kita kesana saja ya, lihat masih ada satu tempat yang kosong tuh”keduannya segera menuju pondok kecil ditengah danau yang kosong.

Cakka dan Oik segera duduk dipondok yang kosong itu. seorang pelayan segera menghampiri dan menyodorkan menu makanan.
“Kamu pesen apa Ik?”tanya Cakka.
“Aku pesen ini, dan minumannya yang ini, udah itu saja”kata Oik sambil menunjuk menu yang disukainya.
“Kalau saya pesan ini, terus juga yang ini sama itu juga, mbak. Terus minumnya ini sama yang ini juga”kata Cakka kepada pelayan tersebut sambil membolak-balik daftar menu.
Oik melongo mendengar pesanan Cakka, tapi pria itu cuek saja.
“Ada lagi, pak?”ucap pelayan tersebut pada Cakka yang masih membolak-balikan menunya.
“Yang ini juga deh mbak. Hmm udah itu saja”.
Pelayan itu mengangguk, kemudian berlalu meninggalkan meja Cakka dan Oik.

“Cakka…makanan sebanyak itu siapa yang mau memakannya?”.
“Ya aku lah Ik, siapa lagi memangnya?”.
“Tapi yang kamu pesan tadi 3 porsi kan, memangnya sanggup menghabiskannya. Kalau makan secukupnya saja kenapa”kata Oik geleng-geleng kepala melihat sikap suaminya itu.
Cakka tak menjawab, ia merapat ke tempat Oik duduk. Lalu membelai perut Oik dengan sayang, kemudian mencium pipi Oik dengan gemas.
“Aku sayang kamu, Ik”bisik Cakka lembut di telinga Oik, wanita itu hanya tersenyum mendengar ucapan suaminya.
“Sayang nanti sikap ayah kamu yang tidak baik itu jangan diturun ya”ucap Oik yang berbicara dengan bayi dalam perutnya itu.

Kemudian pesanan mereka datang, Cakka makan dengan lahap satu persatu makanan pesanannya, melihat Cakka itu nafsu makan Oik tiba-tiba hilang padahal ia baru makan beberapa suap.
“Ckckck…memangnya kamu sanggup menghabiskan makanan itu, Kka?”tanya Oik keheranan.
“Hmm…lagian aku lapar nih Ik”ucap Cakka sambil terus menikmati makanannya.
“Iya tapi nggak sebanyak itu juga kali kalau pesen”Cakka tak menghiraukan ucapan Oik.
“Cakka, udah dong berhenti makannya. Nanti kamu sakit perut kalau kebanyakan makan”tangan Oik mencegah tangan Cakka yang hendak mengambil Gurami bakar.
“Bentar nangung Ik, tinggal Gurami bakar ini aja. Lagian enak lho apalagi kalau di makan dengan sambel, kamu mau coba tidak?”Cakka menyodorkan tangannya yang ada potongan ikan Gurami itu ke mulut Oik.
Oik membuka mulutnya. “Lagian kamu baru makan sedikit, kalau gitu aku suapin ya”kata Cakka kemudian merapatkan tubuhnya didekat Oik.
“Ya habis aku sudah tidak lapar saat melihatmu menghabiskan semua makanan itu”Oik menjelaskan.


^^^

Keesokan harinya Oik dirumah sendirian karena Cakka sudah berangkat ke kantornya. Ia sudah duduk didepan TV, acara pagi ini sangat membosankan baginya. Berkali-kali Oik memindahkan channelnya dengan acara yang menarik.
“Membosankan sekali acara pagi ini, huh”guman Oik tangannya masih memegang remote.
Kemudian saat Oik memindah channelnya lagi, ada sinetron pagi disalah satu stasiun TVnya. Disinetron itu bercerita seorang wanita sedang memasak untuk pacarnya, kemudian setelah semua makanan itu jadi si wanita tersebut, mengantarkan makanan itu ke kantor pacarnya. Agak lama Oik menontonnya, lalu ia mendapati sebuah ide.
Oik mematikan TV dan berjalan menuju dapur, sesampainya disana ia langsung membuka kulkas didalamnya hanya ada sayuran, telor, dan ayam serta buah-buahan.
“Ini masih jam 9, jadi masih banyak waktu. Sebaiknya aku masak bahan-bahan itu kemudian setelah jadi aku akan mengantarnya ke Cakka, pasti dia senang”ucap Oik.

Oik pun mulai memotong beberapa sayuran, merebus telor serta daging ayam. Setelah beberapa puluh menit kemudian masakannya pun jadi, tinggal membuat jus buah. Sejak tadi pula bayi yang ada di kandungnya terus bergerak tak bisa diam menendang perutnya, Oik membelai perutnya sembari berkata pada bayinya.
“Huh, tenanglah sayang bunda lagi bikin makanan untuk ayah kamu, sebentar lagi kita akan ke kantornya”.

Semuanya selesai, Oik memasukkan makanan-makanan itu ke rantang. Tinggal berangkat, Oik meminta sopirnya mengantarkannya ke kantor Cakka.
Mengeluarkan Hp dari dalam tasnya, mencari nomor Cakka di kontak. Beberapa saat kemudian telpon tersambung, Oik memberitahu kalau dia akan segera ke kantornya.

Beberapa menit kemudian mobil itu sampai disebuah gedung, Oik segera turun dari mobilnya. Menuju kantor tempat suaminya itu bekerja, Cakka sudah menyambutnya di lobby.
“Tumben datang kesini, Ik?”tanya Cakka.
“Ya. Aku kesini mau mengantar masakan yang ku buat khusus untukmu, jadi nanti makan siang kamu tidak perlu makan di kantin ataupun restaurant”Oik menyodorkan rantang itu ke Cakka.
“Jadi kamu membuat semua ini khusus untukku?”tanya Cakka, Oik mengangguk.

Kini Oik sudah berada di ruangan kerja Cakka.
“Hmm…aku pulangnya ntar barengan sama kamu deh”Oik menjelaskan.
“Kenapa gitu? Sebaiknya kamu pulang Ik, istirahat saja”suruh Cakka.
“Tidak, lagian aku bosen di rumah sendirian nih”.
“Ya terserah kamulah”.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, Oik membuka rantang yang berisi makanan tadi dan menyiapkan semuanya di piring untuk Cakka.
“Habiskan ya”suruh Oik.

Tanpa terasa waktu cepat sekali berlalu, kini sudah malam saatnya bagi Cakka pulang ke rumahnya bersama Oik.

^^^
Sore harinya Oik menyuruh Cakka mengantarkannya ke Mall untuk membeli baju dan perlengkapan untuk bayi mereka.
“Sayang, kita harus membeli beberapa perlengkapan bayi”Oik memberikan usul. Cakka mengangguk.
“Apalagi kata dokter beberapa minggu lagi, aku akan melahirkan”Oik menjelaskan ke Cakka.
“Aku sudah tidak sabar ingin menggendongnya”Cakka meletakkan tangannya di atas perut besar Oik.

___Bersambung___