Selasa, 25 Januari 2011

Harus Sampai Disini (Cerpen)

Hai saya balik lagi dengan cerpen baru…

Awan kelabu menyelimuti birunya langit matahari enggan menampakkan sinarnya,deru angin menyapu dedaunan di pohon sehingga gugur satu persatu.
Hari ini seperti biasa aku berangkat ke sekolah,tapi sebelumnya aku harus kerumah Alvin untuk berangkat bareng dengannya.
Oh…ya namaku Oik Cahya Ramadlani saat ini duduk di bangku SMA tepatnya kelas XI. Alvin Jonathan Sindunata dia adalah sahabatku sejak kecil bahkan sudah ku anggap seperti saudara sendiri.
Aku sudah sampai di halaman rumah Alvin,ku lihat pemandangan yang tidak seperti biasanya seluruh rose,tanaman kesayangan Alvin bunganya berguguran.
“Ya ampun kenapa ini??”tanya Oik heran,biasanya yang gugur adalah bunga yang sudah layu tapi ini tidak bahkan yang baru mekar juga ikut gugur.

Perasaan Oik jadi gelisah,perasaan yang membuatnya tak nyaman. Oik tak menghiraukannya dan terus melangkah menuju rumah Alvin.
Oik mengetuk pintu rumah Alvin,beberapa saat kemudian seseorang dari dalam membuka pintu tersebut. Ternyata yang keluar pembantu Alvin.
“Alvinnya ada…Bi?”tanya Oik pada pembantu Alvin.
“Maaf neng beberapa hari yang lalu den Alvin pergi dan sampai sekarang dia belum pulang”jelas pembantu Alvin.
“Pergi kemana?”.
“Saya kurang tau neng”.
“Hmm…yaudah deh Bi kalau gitu saya permisi dulu”pamit Oik,dengan terpaksa dia berangkat sendirian naik taksi.


Biasanya aku bingung ke sekolah berangkat bareng siapa?(Alvin,Cakka atau Iel) Tapi kali ini aku bingung mau numpang siapa :(.
Sampai disekolah bel tanda masuk telah berbunyi,aku berlari menuju pintu gerbang yang hampir ditutup pak satpam.

“Pak jangan di tutup dulu pintunya”pinta Oik.
“Ini udah waktunya masuk dan kamu udah telat”jelas satpam itu,Oik mencari akal supaya dia di ijinkan masuk.
“Tadi saya telat gara-gara nolongin orang yang kecelakaan di jalan pak”jelas Oik dengan tampang melas.

Satpam tersebut iba melihat Oik dan akhirnya…
“Ya udah kamu boleh masuk”ucap satpam mengijinkan.
“Makasih pak”usaha Oik merayu satpam itu berhasil senyum mengembang di bibirnya walaupun harus dengan cara berbohong.

Aku segera menuju kelasku dan berharap bu Oki belum masuk kelas.
“Kelas sepi pasti mata pelajaran bu Oki sudah di mulai”tebak Oik.
Perlahan ku buka pintu ruang kelas namun tak ada bu Oki disana,teman-teman kelasku malah sibuk mencatat. Aku segera menuju bangku ku.
“Tumben bu Oki belum datang biasanya dia rajin banget”tanya Oik pada Keke teman sebangkunya,kemudian dia duduk.
“Bukannya belum datang Ik,tapi beliau emang nggak datang”jelas Keke.
“Oh pantesan”.

Hari ini aku melihat papan absen yang tertempel di dinding ada beberapa mana disana,aku menghela nafas pendek.
‘Huh Cakka udah 5 hari nggak masuk,kemana sih dia?’ batin Oik heran.
‘Alvin juga,Hp nggak bisa di hubungi pula’Oik menenggelamkan wajahnya dikedua tangannya.

Kini perasaan itu muncul lagi,perasaan yang membuatku gelisah dan takut,kenapa ini?.
“Oikkk…..”tegur Keke saat Oik tertunduk di mejanya.
“Hmm…..”Oik mengangkat wajahnya melihat ke arah Keke.
“Ke kantin yuk? Kenapa sih melas amat wajah lu Ik”ajak dan tanya Keke melihat raut Oik yang tampak sedih.
“Nggak tau kenapa hari ini aku lagi nggak mod banget”bales Oik.
“Pasti karena Cakka nggak masuk kan”tebak Keke,Oik melonggo.
“Udah nggak usah kaget gitu kali,kalian kan akhir-akhir ini deket banget”kata Keke.
“Jadi ke kantin nggak nih?”tanya Oik berusaha mengalihkan perhatian Keke.
“Yupp”Keke dan Oik keluar kelas dan melangkah menuju kantin.


Oik memesan mie ayam tapi nggak dimakan cuman di aduk-aduk mulu,sekarang dia di kantin tapi pikirannya entah kemana.
“Oik lu lagi mikirin apa sih?”tanya Keke khawatir saat melihat Oik yang melamun.
“Eh gpp kok”Oik tersadar dari lamunannya.

Bel pulang berbunyi aku berjalan menuju pintu gerbang,langkah ku terhenti saat melihat seorang cowok menghadangku,sepertinya dia bukan siswa sini.
“Hmm…kamu ya yang namanya Oik?”tanya cowok itu.
Ku perhatikan dia sekilas,rambutnya agak gondrong tingginya hmm? Masih tinggian aku dikit.
“Iya…kamu siapa?”tanya Oik heran.
“Nanti gue jelaskan,lu bisa ikut gue sekarang?”ajak cowok itu pada Oik.
“Ikut kamu? Kemana?!.”tanya Oik lagi.
“Lu mau atau nggak” karena penasaran Oik ikut aja,kelihatannya dia cowok baik-baik.
“Oke deh”Oik mengangguk setuju dan mengikuti cowok tersebut menuju mobilnya.

Cowok itu mengajakku menaiki mobilnya,entah dia mau mengajakku kemana,mobil dia akhirnya meninggalkan halaman SMA Pertiwi.
“Oh ya kenalin nama gue Ray”ucap cowok itu kepada Oik saat ditengah perjalanan.
“Ray…kamu tau namaku dari mana?”tanya Oik.
“Cakka cerita banyak tentang lu…ke gue”.
“Cakka….?”Oik tak mengerti apa yang barusan Ray jelaskan.
“Oh ya gue saudara sepupunya Cakka”jelas Ray.
“Hmm…Cakka kemana Ray? Soalnya beberapa hari ini dia nggak masuk”tanya Oik mungkin Ray tau kenapa dia sering nggak masuk.
“Nanti lu juga tau sendiri”ucap Ray setelah itu mereka saling diam,begitu pula Oik,dia penasaran banget ini cowok mau mengajaknya kemana.

“Kayaknya Cakka itu suka banget deh sama lu Ik? Lu sendiri suka nggak sama dia”kata Ray membuka kembali percakapan.
Aku terdiam mendengar ucapan Ray barusan,kemudian aku teringat kembali 2 minggu yang lalu saat Cakka mengajakku ke taman belakang sekolah.

~Flashback Turn On~

Jam pelajaran telah usai para siswa beranjak dari kelas,beberapa saat kelas sepi aku bangkit dari kursi dan hendak menuju kantin kemudian Cakka menghadang langkahku saat sampai di depan pintu’.
“Bisa ikut aku sebentar?”tanya Cakka.
“Kemana”tanya Oik.Cakka menggengam tangan Oik dan mengajaknya kesuatu tempat dia nurut saja.
Hingga akhirnya mereka sampai di taman belakang sekolah,tempatnya sejuk dan nyaman tapi sepi. Didekatnya ada sebuah danau.
“Ngapain sih kamu ngajak aku kesini??”tanya Oik kemudian ikut duduk disebelah Cakka.
“Aku sering datang kesini,rasanya tenang dan nyaman kalau ada ditempat ini”Cakka menyandarkan kepalanya di bahu Oik.

Untuk beberapa saat mereka diam tak ada percakapan,Oik menikmati suasana di taman itu,hatinya merasa nyaman dan damai.
“Asal kamu tau Ik,saat ini aku ingin terus ada disampingmu…aku nggak mau ada kata pisah diantara kita”lanjutnya.
“Tapi keinginanku takkan sejalan dengan kenyataan”lanjutnya.
Aku tersentak mendengar kata-kata barusan.
“Maksud perkataan kamu tadi apa sih aku nggak ngerti”tanya Oik.
Cakka tidak menjawab,hal itu membuat tanda tanya besar di otakku.

~Flashback Turn Off~

“Oikkkkk…”panggilan Ray membuat Oik tersadar dari lamunannya dan kembali ke alam nyata .
“Eh ia Ray”Oik tersadar dari lamunannya.
“Lu ngelamuin apa sih? Ada masalah ya?!”tanya Ray Oik menggeleng.

Saat itu juga mobil Ray sampai dirumah sakit hmm…ngapain sih dia ngajak aku kesini? Emang siapa yang sakit?!. Aku mengikuti langkah Ray memasuki rumah sakit,menyusuri lorong-lorong hingga langkah kami terhenti disebuah ruang…yupp ruang ICU tulisan itu terpampang jelas di pintu.
“Lu masuk aja”saran Ray,karena penasaran Oik nurut saja.

Karena ruang ICU steril aku harus memakai pakaian khusus yang sudah tersedia disana,begitu masuk langsung tercium bau alkohol yang sangat menyengat di hidungku.
Ku dapatinya seseorang sedang terbaring koma ditempat tidur dengan balutan alat-alat medis ditubuhnya,aku mendekati orang itu dan…
“Cakka”lirih Oik,Ray kemudian masuk dan berdiri di belakangnya.
“Iya lu nyari dia kan Ik”kata Ray. Oik duduk disamping tempat tidur Cakka di ikuti Ray.
“Jadi selama ini lu belum tau,emang Cakka nggak pernah cerita ke lu”kata-kata Ray membuat Oik harus menoleh kearahnya.
“Belum tau soal apa?”tanya Oik tak mengerti.
“Sejak lama Cakka mengindap gagal jantung dan dokter bilang dia harus menjalani transpalantasi karena itulah jalan satu-satunya Ik,agar nyawanya bisa tertolong”jelas Ray.
“Beberapa hari yang lalu penyakitnya kambuh dan sampai sekarang lu lihat sendiri kan”lanjutnya.
Tanpa ku sadari bulir-bulir air mataku jatuh membasahi pipiku,aku mengusapnya. Aku segera bangkit dari kursi.
“Mau kemana Ik?”tanya Ray.


Aku tak memperdulikan Ray yang memanggil namaku,saat ini aku ingin cepat-cepat sampai dirumah,segera ku cari taksi. 30 menit kemudian aku sampai rumah lalu menuju kamarku dan mengunci pintu. Saat ini aku lagi ingin sendiri,ucapan Ray di rumah sakit tadi masih teringang jelas ditelingaku. Segera ku ambil bantal dan menutup kedua telingaku.

Saat aku bangun pagi sudah menjelang seragam sekolah masih menempel di tubuhku,ternyata sejak dari sore aku ketiduran.


Aku segera kerumah Alvin,saat sampai dihalaman rumah dia seorang tukang kebun sedang membersihkan tanaman Alvin. Aku segera menghampiri tukang kebun itu.
“Kenapa tanamannya di potong semua?”tanya Oik heran.
“Itu neng entah kenapa tiba-tiba rose…den Alvin mati semua padahal saya rajin menyiramnya”jelas tukang kebun yang bekerja dirumah Alvin.
“Alvin sudah tau belum kalau rose kesayangannya itu mati semua”ucap Oik lagi.
“Belum neng karena beberapa hari ini den Alvin nggak dirumah,dia pergi 3 hari yang lalu”jelas tukang kebun itu lagi.

Perasaan itu datang lagi,membuatku tak nyaman dan takut.
“Jadi sampai sekarang Alvin belum pulang pak?”.
“Belum neng”.
“Bapak tau kemana dia pergi?”.
“Kalau itu saya kurang tau”.
Seisi rumah Alvin nggak ada yang tau kemana dia pergi,beberapa hari ini Alvin menghilang gitu aja. Rio…mungkin dia tau kemana Alvin.

Bel istirahat telah berbunyi aku segera menuju kelasnya Rio,kebetulan kami tidak satu kelas,aku tau kalau Alvin dekat banget sam Rio.
“Rio…”panggil Oik kemudian menghampiri Rio yang lagi duduk di bangkunya.
“Eh…Oik tumben nyari gue ada perlu ya?”tanya Rio PD.
“Ialah kalau nggak ada perlu aku nggak bakalan nyamperin kamu dikelas”jelas Oik.
“Kamu tau nggak Alvin kemana? Beberapa hari ini dia ngilang gitu aja”.
“Alvin…hmm gu…gue nggak tau Ik”kata Rio gelagapan.
“Yakin nggak tau soalnya kan kamu yang paling akrab sama dia dibandingkan sama aku”.
“Lah lu kan satu kelas,rumah lu kan dekat ma rumah Alvin kenapa nggak lu samperin aja”saran Rio.
“Aku udah kerumahnya,tapi kata pembantunya beberapa hari yang lalu dia pergi dan sampai sekarang dia belum pulang”jelas Oik.
“Aduh gu…gue bener-bener nggak tau Ik,soalnya gue hubungi nomornya nggak aktif”kata Rio.

Sepertinya Rio menyembunyikan sesuatu,dia pasti tau dimana Alvin cuman dia nggak mau ngaku,dari ekspersi wajahnya ketika ku tanya sepertinya gugup banget jawabnya.Semua teman-temannya sudah ku tanya tapi tak yang tau kemana Alvin berada.

Bel tanda pulang berbunyi menandakan kalau mata pelajaran hari ini telah usai,dengan langkah malas aku keluar dari kelas,sampai di pintu gerbang kulihat cowok yang kemarin itu sudah berdiri didekat pintu gerbang sambil celingukan yuppp….dia adalah Ray. Disaat yang sama Ray juga melihat ke arahku,dia lantas berjalan ke mendekatiku.
“Ray…..”kata Oik.
“Gue kesini mau jemput lu Oik”jelas Ray.
“Jemput aku…”Oik menunjuk dirinya sendiri.
“Iya soalnya dari kemarin Cakka nyari’in lu terus”jelas Ray.
“Kalau dia nanya’in aku berarti…”belum sempet Oik melanjutkan kalimatnya tapi sudah di potong oleh Ray.
“Dia udah sadar kemarin”selak Ray.
Oik hanya mengangguk kemudian mengikuti langkah Ray menuju mobilnya.

Didalam mobil Ray entah kenapa aku jadi terus kepikiran sama Alvin,tiga hari nggak ketemu rasanya udah kaya 5 tahun. Ku ambil Hp dan memencet nomor Alvin.
Calling Alvin….
Maaf nomor yang anda tuju’ berada diluar service area.
Aku mengendus kesal malah operator yang bicara,huh berarti Hpnya dimati’in.

Hingga akhirnya kami sampai dirumah sakit.
Aku masuk di ikuti Ray di belakangku,miris sekali melihat keadaan Cakka yang sekarang terlihat rapuh dengan berbantuan alat-alat medis,jauh lebih memprihatinkan ketimbang kemarin saat belum sadar. Aku pun mendekati Cakka dan duduk disebelahnya.
“Cakka...”panggil Oik.
“Oik.......” suara lirih itu terdengar seperti rintihan yang membuat hati Oik makin miris.
“Alvin mana Ik?”tanya Cakka tiba-tiba yang melihat Oik cuman datang berdua dengan Ray tadi.
“Kenapa kamu jadi nanya’in Alvin”tanya Oik heran.
“Gpp...tapi dia baik-baik aja kan”pertanyaan Cakka barusan membuat Oik bingung.
“Iya...”kata Oik singkat.
Aku nggak mungkin bilang kalau,aku nggak tau gimana Alvin sekarang.

“Mungkin dia lagi sibuk kali,maklum kan dia ketua osis lagian sebentar lagi ada olimpiade saint”jelas Oik bohong.
Diruang itu cuman ada aku dan Cakka.

Degggggg!!!!!!!
“Akhhhhhhhhh”rintih Oik sambil memegangi dadanya.
“Kamu kenapa Oik...?”tanya Cakka panik.
“Ngg....nggak....tau...ke...kenapa....sakit banget....”keluh Oik sambil menundukkan kepalanya.
Cakka berusaha menenangkan Oik.

Kenapa ini perasaanku jadi nggak tenang,jantungku terasa berhenti berdetak untuk sesaat,aku berusaha menenangkan diri.

“Kamu udah gpp kan?”tanya Cakka saat Oik sudah mulai tenang.
“Udah gpp kok”kata Oik yang sudah tenang.


Kemudian setelah itu Hp Oik bergetar.
Rio calling....... Oik kemudian mengangkatnya.
“Hallo”sapa Oik
“Aku lagi di”Oik nggak mungkin bilang kalau dia lagi dirumah sakit.
“Di...di rumah”.
“Emang siapa yang sakit Io”.
“Apa...Al...Alvin...ke...kecelakaan”kata Oik kaget.
“Terus sekarang kalian dimana”
“Ok aku kesana sekarang”.
“ALVINNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN”jerit Oik hp nya langsung jatuh,dia segera keluar dari ruangan ICU tanpa memperdulikan Cakka.

Ya...Tuhan apa yang terjadi dengan Alvin,mudah-mudahan dia baik saja,aku terus berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit hingga akhirnya langkahku terhenti di ruang UGD,disana sudah ada Rio,Agni,Obiet dan juga Debo. Aku segera menghampiri.
“Gimana keadaan Alvin?”tanya Oik pada yang lain.
“Kritis”jawab Agni singkat.
“Kok bisa sih sampai kecelakaan? Gimana ceritanya”tanya Oik sambil duduk dibangku.
“Menurut orang yang ada dilokasi kejadian tadi Alvin bawa mobilnya ngebut dijalan terus ditikungan dia nggak ngurangi kecepatannya,dari arah yang berlawanan ada truk Alvin berusaha menghindar,karena tak bisa mengendalikan laju mobilnya akhirnya mobil dia nabrak pembatas jalan dan langsung masuk ke jurang”kali ini Agni yang menjelaskan panjang lebar sambil menitihkan air mata.
“Alvin tak bisa menyelamatkan dirinya,dia terjebak di mobilnya sendiri”lanjut Agni.

Aku hanya bisa menghela nafas mendengar penjelasan Agni barusan.
“Maaf Ik kemaren gue udah bohong sama lu soal Alvin”kata Rio tiba-tiba.
“Bohong soal Alvin???”kata Oik tak mengerti.
“Waktu lu nanya’in dia gue kan jawab nggak tau,padahal selama tiga hari yang lalu Alvin nginep dirumah gue Ik”jawab Rio.
“Jadi kamu tau sebenarnya Alvin dimana selama tiga hari yang lalu” Rio hanya mengangguk.
“Oh ya Alvin nitip’in ini buat lu”Rio menyodorkan sebuah bingkisan kepada Oik. Oik menerima bingkisan itu.
“Apa ini Io?”tanya Oik.
“Gue nggak tau Ik”Rio mengangkat kedua bahunya.

Ku terima sebuah bingkisan warna biru tua itu,aku penasaran apa isinya. Selang beberapa waktu kemudian dokter keluar dari UGD.
“Gimana dokter keadaan Alvin,dia masih bisa selamat kan?”tanya Debo. Dokter itu tak menjawab.
“Jawab dokter”seru Rio.


Karena tak sabar menunggu jawaban dokter yang menangani Alvin,aku langsung saja masuk di ikuti oleh Rio, disana tubuh Alvin sudah tertutupi selimut. Aku mendekati ranjang Alvin.
“Vin...”lirih Oik sambil membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

Aku memekik sekuatnya saat melihat tubuh Alvin penuh luka-luka kena pecahan kaca mobil. Wajahnya penuh darah.
“Alvin....bangun Vin”kata Oik. Dokter kemudian masuk dan berdiri di antara kami.
“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun tuhan berkendak lain,luka yang dialaminya cukup parah jadi kesempatan untuk hidup sangatlah kecil”jelas dokter.

Aku berusaha untuk lebih tegar,tapi aku tak kuasa untuk membendung air mataku saat melihat Agni dan Rio nangis,mungkin benar perasaan yang membuatku gelisah dan takut ternyata ini jawaban semua,sebelum Alvin meninggal tanaman kesayangannya mati semua.
“Mending kita pulang yuk”ajak Obiet.


Sore itu juga aku sudah ada di pemakaman,semua teman-teman datang untuk melihat Alvin untuk terakhir kalinya.
Beberapa menit kemudian semua membubarkan diri tinggal aku,Rio,Agni,Obiet,Debo sahabat yang paling dekat dengan Alvin.
“Sampai kapanpun lu akan tetap hidup didalam hati gue”kata Debo.
“Vin lu sahabat terbaik yang pernah gue miliki”lanjut Rio.
“Kamu jahat Vin,kenapa kamu pergi secepat ini”maki Oik.

Cuman itu yang mampu aku ucapkan saat ini untuk Alvin.

Keesokan harinya aku tetap masuk,hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Aku harus terbiasa tanpa Alvin.
Dihalaman sekolah berjejer rapi karangan bunga di situ tertulis jelas nama Alvin itu artinya sekolah masih dirundung duka. Aku tak ingin kesekolah apalagi pulang kerumah hal itu akan membuatku teringat Alvin,aku pengen bolos hari ini. Ku langkahkan kaki meninggalkan halaman SMA Pertiwi.

Aku duduk di halte bus.
‘Cakka’ Oh ya gimana dia sekarang? Kemarin aku ninggalin dia gitu aja. Kebetulan ada bus yang berhenti aku segera naik.

Beberapa menit kemudian aku sudah berada di rumah sakit. Aku segera menuju ruang ICU.Sesampai disana kulihat seorang suster sedang membereskan kamar Cakka. Dia tidak ada disana.
‘Ya tuhan,nggak mungkin’aku berusaha membuang jauh-jauh perasaan itu.
“Suster pasien yang dirawat di kamar ini kemana?”tanya Oik berusaha tenang.
“Oh Cakka ya? Dia udah di pindah ke ruang perawatan”jelas suster tersebut.
Apa di pindah keruang perawatan? Berarti kondisinya sudah membaik donk,kini perasaanku lega.

Aku sampai di depan kamar Cakka,ku buka pintu kamar dan segera masuk sekilas aku melihat bayangan Alvin disana.
“Alvin....”ucap Oik tak percaya kemudian bayangan itu lenyap.Oik segera mendekati Cakka yang masih tertidur.


Saat ini aku masih mengenakan seragam sekolah,aku teringat sesuatu. Segera ku buka bingkisan dari Alvin yang dititipkan ke Rio. Setelah terbuka ternyata isinya adalah surat dan kepingan CD serta sebuah cincin.
Aku penasaran dengan isi surat dari Alvin,akupun membukanya surat itu dan membacanya.


~Buat Oik peri kecilku~
Sebelumnya aku mau minta maaf untuk Oik,karena beberapa hari ini aku menghindar dari kamu. Aku cuman mau bilang,kalau aku sayang banget sama Oik bukan hanya sekedar sahabat saja. Tapi aku takut untuk mengungkapkan ke kamu,karena aku tak ingin merusak persahabatan kita yang sudah terjalin lama.
Saat ku tau kamu akhir-akhir ini dekat dengan Cakka,sakit banget hati ini melihat kamu dengan Cakka. Kadang aku berfikir apasih lebihnya dia?.
Empat hari yang lalu aku harus menerima kenyataan pahit,tanpa sengaja ku mendengar percakapan papa dan mama,kalau aku bukan anak kandung mereka. Saat aku masih bayi mereka mengadopsiku dari panti asuhan.,kenapa mereka nggak bilang dari dulu,tapi aku juga senang karena mereka sudah merawatku seperti anak kandungnya sendiri. Saat itu juga ku putuskan untuk pergi dari rumah tanpa sepengetahuan mereka,dan aku numpang menginap dirumahnya Rio untuk beberapa hari.
Senin yang lalu Rio mengajakku kerumah sakit untuk menjenguk saudaranya yang lagi sakit parah. Kemudian aku ijin ke Rio untuk ketoilet.
Saat di tengah jalan aku lihat Ray lagi didepan ruang ICU,mungkin kamu sudah tau kan siapa Ray?.
Ternyata Ray lagi nunggu’in Cakka,setelah ku Tanya emang Cakka sakit apa? Ray bilang kalau penyakit Cakka kambuh lagi. Akhirnya Ray cerita banyak tentang Cakka ke aku. Saat kulihat kondisinya saat itu miris sekali.
Ku temui dokter yang menangai Cakka,saat itu juga Cakka membutuhkan donor jantung,dan untuk mencari seseorang pendonor itu tidaklah mudah,dan bayaran dari semua itu adalah nyawa. Ku putuskan juga aku bersedia untuk menjadi pendonor untuk Cakka,entah apa yang ada di pikiranku saat itu. Mungkin kamu berfikir kalau aku saat itu melakukan hal bodoh.
Aku tak sanggup melihat kamu jika harus kehilangan Cakka,karena aku tau kamu sangat mencintai dia. Sedangkan aku? Ku rasa tak akan ada yang kehilangan jika aku yang mati. Itulah yang ada di pikiranku saat aku memutuskan untuk mendonorkan jantungku untuk Cakka.
Dengan cara itu mungkin aku akan terus hidup terus hidup bersamamu.
Mungkin hanya itu saja yang bisa aku tulis dengan kata-kata,maaf aku tak bisa ngomong langsung ke kamu,ini ada sebuah CD didalamnya aku menciptakan lagu untukmu…Oik

From
Alvin J.S





Setelah membaca surat itu Oik mengambil notebook ditasnya dan memasukkan CD. Didalam CD itu ada Alvin yang duduk dikursi jemarinya dengan lincah memainkan senar gitar.
“Tunggu...setau ku kan Alvin nggak bisa memainkan gitar”guman Oik.
“Hai Oik cantik,oh ya pasti kamu bertanya kenapa aku sekarang bisa memainkan gitar”kata Alvin.
“Selama ini aku meminta Rio untuk mengajariku untuk memainkan gitar karena aku tau kamu suka banget sama cowok yang bisa memainkan gitar kan”.
“Oh ya disini aku akan menyanyikan sebuah lagu,lagu ini cipta’anku sendiri dengan di bantu Rio khusus buat kamu.”lanjut Alvin.
“Dengerin ya Oik....”

Alvin memainkan intro sebuah lagu yang ia ciptakan sendiri,disamping Alvin juga ada Rio yang juga memegang gitar.

Tibalah waktunya...
Dipenghujung rinduku...
Perpisahan adalah kenyataan...
Katakan padaku walau dengan air mata...
Yang jatuh membasahi bumi...

Mata Alvin mulai berkaca-kaca,sepertinya dia menghayati lagu yang ia ciptakan sendiri.

Harus disinilah kita perpisah...
Lambaikan tanganmu...
Pejamkan matamu...
Dipenghabisan seluruh rindumu...
Harus sampai disini....

Sepertinya Alvin sudah lancar memainkan gitar

Terbenam sang fajar bukan berarti juga...
Seluruh cinta ku kan pudar untukmu...

Alvin kembali ke Reff lagu tersebut.

Harus disinilah kita berpisah lambaikan tanganmu...
Pejamkan matamu....
Dipenghabisan seluruh rindumu...
Harus sampai disini...
Kenanglah diriku...
Kenanglah pahit dan manis saat bersama...

Alvin memainkan gitarnya dengan sangat terampil hingga sampai pada reff kedua lagu itu.

Oh…harus disinilah kita berpisah lambaikan tanganmu…
Pejamkan matamu di penghabisan seluruh rindumu…
Harus sampai disini…Harus sampai disini…

Alvin selesai menyanyikan lagu tersebut,tanpa terasa butir-butir air mataku menetes dari kedua pelupuk mataku.
“Lagu ini aku beri judul Harus Sampai Disini ,dan perjumpaan kita memang cukup sampai disini kan Oik”kata Alvin.
“Aku ingin kamu terus mengingat lagu ini sampai kapanpun”lanjutnya.

Setelah selesai aku segera menutup notebook ku,aku senang melihat tindakan Alvin tapi kenapa harus dia?.
Saat itu juga ku lihat Cakka mulai sadar,keadaannya juga membaik.
Beberapa hari kemudian keadaan Cakka membaik, dia sembuh dengan cepat.

“Oh ya Alvin kemana Ik,beberapa hari ini aku nggak lihat dia”tanya Cakka.
“Alvin...dia..hmm”kata Oik bingung mau jawab apa.

Akupun mengajak Cakka ke pemakaman.
“Ngapain kita kesini Oik?”tanya Cakka heran.
Aku tak menghiraukan Cakka yang bertanya,sampai akhirnya langkahku berhenti di makam Alvin. Cakka heran melihat batu nisan itu bertuliskan Alvin Jonathan Sindunata.
“Ini Alvin teman kita kan Oik?”tanya Cakka
“Iya...beberapa minggu yang lalu Alvin meninggal karena kecelakaan Cakka...”jelas Oik air matanya kembali pecah.
Setelah itu aku mengajak Cakka meninggalkan pemakaman,aku tak ingin berlama-lama disana. Hal itu akan terus membuatku teringat dengan Alvin.

Aku duduk di taman belakang sekolah setelah dari makam,kebetulan pelajaran hari ini kosong,tempat favorit Cakka. Disana suasana sangat tenang,tiupan angin yang sepoi-sepoi membuat udara disana sejuk. Setidaknya aku bisa menenangkan diri dan melupakan Alvin. Cakka kemudian duduk disampingku.

“Hari ini adalah hari yang membuatku senang dan sedih”ucap Cakka tiba-tiba.
“Maksud kamu apa?”tanya Oik tak mengerti.
“Senangnya karena aku bisa sembuh juga,dan kini aku bisa menjalankan hidupku layaknya orang normal lainnya tanpa ada rasa ketakutan tentang bayangan kematian yang selalu mengahntui ku”jelas Cakka.
Oik tersentak mendengar penjelasan Cakka barusan,jadi Cakka tidak tau bahwa Alvin yang menjadi pendonor untuknya,saat ini hanya Oik saja yang tau.
“Sedihnya Alvin harus pergi secepat ini,dan aku tak bisa hadir saat pemakam dan melihat Alvin untuk terakhir kalinya”lanjut Cakka.

Saat didekat Cakka aku merasa seperti dekat dengan Alvin. Alvin memang akan terus hidup didalam diri Cakka.
“Aku juga senang kamu bisa sembuh seperti sekarang ini”Oik menyandarkan kepalanya di bahu Cakka. Cakka balas merangkul Oik.
“Dan kamu tau apa Ik yang ada di hatiku saat ini?”kata Cakka.
“Apa?”tanya Oik.
“Entah kenapa aku mulai suka sama kamu?”Cakka mempererat rangkulannya ke Oik.
“Masa sih?”Oik tak percaya. Cakka melepaskan rangkulannya dari Oik.

Cakka menatapku lekat-lekat.

“Kamu mau kan jadi cewekku...Oik”kata Cakka.

Hah...aku langsung cengo mendengar perkataan Cakka barusan,aku butuh waktu untuk berpikir sebelum menjawab. Aku sendiri juga tak bisa membohongi perasaanku saat ini,kalau aku sayanga banget sama Cakka. Aku cuman bisa mengangguk,pertanda kalau aku juga mau.Cakka tersenyum saat melihat reaksiku barusan.
“Jadi kamu mau kan...Oik?”tanya Cakka kurang puas dengan anggukan Oik.
“Iya aku mau”kata Oik singkat. Oik mengeluarkan sesuatu dalam sakunya.
“Aku mau kamu memakai ini terus dan jangan sampai hilang ya”pinta Oik sambil memakaikan sebuah cincin di jari manis Cakka.
“Iya”jawabnya singkat

Saat itu juga Cakka langsung memelukku,aku seperti dekat dengan Alvin. Bukan hanya aku saja tapi juga Rio,Agni,Debo dan juga Obiet kini mulai akrab dengan Cakka,padahal dulu mereka nggak suka banget dengan dia. Mungkin ini semua karena Alvin yang ada didalam diri Cakka. Aku pun bisa merasakan hal itu



~~~~~~~~~Selesai~~~~~~~~~~~


Akhirnya selesai juga nulis cerpen ini,setelah beberapa hari nggak bisa melanjutkan cerpen selain UAS,ini Lepi baru saja sembuh setelah beberapa hari yang lalu operasi gagal jantung hho...#gayapenulisedan. Maaf juga kalau ceritanya kurang menyentuh soale saya bkan penulis profesional.
Untuk yang meluangkan waktu membaca cerpen yang geje ini,qw ucapkn matur nuwun...... ƪ(˘⌣˘)┐┌(˘⌣˘)ʃ ____Keep your comment ok____ ƪ(˘⌣˘)┐┌(˘⌣˘)ʃ

Senin, 10 Januari 2011

Saat Kau Pergi


Langit begitu kelam matahari enggan menampakkan sinarnya,derai angin menyapu dedauan cuaca kali ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya,semua orang memakai pakaian serba hitam tanda sedang berkabung,berdiri mengelilingi salah satu makam dan membawa bunga tabur.

Beberapa saat kemudian setelah selesai berdoa dan menaburkan bunga para pelayat membubarkan diri,kecuali dua orang yang masih bertahan disitu yaitu seorang gadis ditemani seorang lelaki masih terduduk didekat makam itu sambil terisak sepertinya gadis itu masih terpukul dengan kepergian orang tersebut,tangan kanannya memegangi batu nisan.

“Oik ayo balik,bentar lagi mau hujan nih”ajak Gabriel.

“Aku nggak mau pulang…kak”tolaknya dengan suara yang agak lirih.

“Besokkan kamu bisa datang lagi kesini”bujuk Gabriel agar Oik mau pulang.

“Pokoknya Oik nggak mau pulang,kakak pulang saja duluan”suruh Oik.

“Sampai kapan kamu mau disini terus”tanya Gabriel,dia berusaha membujuk Oik lagi agar mau pulang.

“Oik mau disini kasihan Kak Cakka dia pasti kesepian”ucap Oik sambil menahan air matanya agar tak jatuh.

“Cakka nggak bakal kesepian disini akan ada dua malaikat yang bakal jagain dia”Gabriel berusaha menghibur Oik,entah kenapa dia merasa bersalah.

‘Harusnya gue yang ada disitu Cakka,bukan lo’batin Gabriel,dia berusaha menahan tangisnya agar tak pecah.

“Oik nggak mau pulang,Oik akan tetap disini,bakal nemenin kak Cakka,biar nggak kesepian”tegas Oik.

“Cakka pasti sedih kalau lihat kamu kaya gini”ucap Gabriel

Terlarut aku dalam kesendirian……

Saat aku menyadari…….

Tiada lagi dirimu kini……

Sampai kapankah aku mampu bertahan…..

Tertatih aku jalani semua kisah hidupku ini…..

~ Flashback~

Sore hari disebuah rumah sakit tampak beberapa pemuda duduk dibangku depan ruang ICU dengan perasaan gelisah,salah satu diantara mereka hanya mondar-mandir membuat yang lainnya merasa terganggu.

“Cakka bisa nggak lo duduk tenang”tegur Rio.

“Gue nggak bisa tenang dalam situasi kaya gini Io”ucap Cakka,sambil terus mondar-mandir.

“Tapi lo bisa membuat yang lainnya jadi nggak tenang”Rio berusaha menasehati Cakka.

“Gue sangat mengkhawatirkan keadaan Gabriel kaya gimana”ucap Cakka dengan nada gelisah.

“Bukan hanya lo aja yang mengkhawatirkan dia tapi kita semua…Cakka,jadi gue harap lo tenang ok”ucap Rio akhirnya.

“Yang dikatakan kak Rio ada benernya kak?”Agni berdiri lalu menarik tangan kakaknya itu agar duduk.

Kemudian Cakka melirik kearah Oik,dia melihat gadis itu menangis,Cakka bisa memahami itu karena Oik sangat mencintai Gabriel sosok cowok yang menjadi penghalang dalam hidupnya untuk menyayangi Oik sepenuhnya,Cakka mengalah untuk mencintai Oik demi sahabatnya.

Beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruang ICU,Cakka,Rio,Alvin,Debo,Agni,Ray dan Oik tentunya langsung menghampiri Dokter tersebut.

“Gimana keadaan Gabriel…dok”tanya Cakka langsung pertanyaan itu tertuju pada dokter yang menangani Gabriel.

.“Kita boleh lihat keadaan kak Gabriel kan…dok”pinta Oik.

“Boleh…..tapi hanya 1 orang saja”ucap dokter tersebut,lalu Oik masuk keruang ICU karena semua tau yang dibutuhkan dia adalah Oik,Ray pun terpaksa mengalah padahal dia ingin melihat kondisi kakaknya.

“Hmm…terus gimana kondisi Gabriel…dok”tanya Cakka sekali lagi.

“Bisa ikut keruangan saya sekarang”pinta Dokter tersebut.

“Ada yang ingin saya bicarakan….penting”lanjutnya.

“Baik lah,dokter”Cakka lalu mengikuti dokter tersebut menuju ruangnya.

“Kak gue ikut”pinta Agni,Cakka hanya mengangguk.

“Gue juga…..”ucap Rio,lalu Alvin mengikutinya dari belakang.

Saat diruang dokter.

“Gimana kondisinya gabriel,terus sebenernya dia sakit apa?dok…”tanya Cakka lagi.

“Silahkan anda duduk dulu”dokter Irfan mempersilahkan Cakka dan yang lainnya duduk.

“Gagal ginjal akut…..dan kondisinya sudah parah,sama sekali sudah tidak ada harapan,”ucap dokter Irfan pasrah.

“A... Apa dok?”ucap Cakka tak percaya begitu pula yang lainnya.

“Dan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah Transpalantasi ginjal,harus ada seseorang yang mau mendonorkan salah satu ginjalnya untuk Gabriel”jelas dokter Irfan.

“Apa dengan itu Gabriel bisa sembuh dokter”seru Rio.

“Iya hanya itu jalan satu-satunya karena kondisi ginjalnya sudah rusak parah bahkan hampir tidak berfungsi,jadi operasi transplantasi itu harus dilakukan segera”tegas dokter Irfan.

Agni,Cakka,Rio,Alvin keluar dari ruang dokter Irfan dan terduduk lemas di bangku,disitu sudah ada Debo dan juga Ray.

“Apa kata dokter Cakk???”tanya Debo udah nggak sabar.

“Dokter bilang Gabriel harus melakukan operasi transpalantasi”jelas Cakka dengan nada berat.

“Hah!!!transplantasi????”ucap Debo dan Ray secara bersamaan plus terkejut.

“Emangnya kakak gue sakit apa???”tanya Ray bingung.

“Gagal Ginjal”kali ini Rio yang menjawab.

“Apa kak…gagal ginjal”ucap Ray tak percaya dengan apa yang diucapkan Rio barusan.

“Emang selama ini lo nggak tau Ray”tanya Agni,Ray hanya menggeleng.

“Gue cuman tau kakak gue sering ngeluh sakit dibagian belakang perutnya kalau selesai kegiatan basket disekolahnya bahkan sering pingsan,tapi dia nggak pernah cerita”jelas Ray.

Sementara diruang ICU,Oik duduk disebelah ranjang Gabriel,air matanya sudah tak terbendung lagi,sudah 5 hari ini cowok itu koma dan sampai sekarang belum membuka matanya.

“Kapan kamu sadar sih kak”ucapnya suaranya mulai bergetar air matanya bertambah deras,tangan Oik terus menggengam erat tangan Gabriel.

“Kita semua,berharap kakak segera bangun”Oik berbicara didekat telingan Gabriel ia berharap cowok itu bisa mendengar suaranya,tak lelah ia berdoa untuk cowok yang dicintainya itu.

Diluar ruangan.

“Cakk lo mau kemana”tanya Alvin saat melihat Cakka berdiri.

“Gue mau lihat keadaan Gabriel dulu”Cakka lalu beranjak dari tempat duduknya dan segera menuju ruang ICU.

Cekrekkk……Cakka membuka pintu ruang ICU,pandangannya tertuju pada seseorang yang terbaring lemah diranjang dengan bantuan alat-alat medis,Cakka merasa miris melihat keadaan sahabatnya tersebut,dan dia merasa sedih melihat sosok gadis yang duduk disebelah ranjang dengan mata sembab karena habis nangis.

“Gimana….Iyel udah sadar”tanya Cakka lalu mendekati ranjang Gabriel.

“Belum kak…”jawab Oik dengan suara bergetar,air matanya masih mengalir lagi.

“Jangan nangis lagi”pinta Cakka lalu duduk disebelah Oik.

Cakka lalu menghapus air mata Oik.

“Gabriel pasti sedih kalau lihat kamu nangis”ucap Cakka.

“Kak….”Oik mulai berkata walau nada bicaranya rada nggak jelas.

“Iya…”jawab Cakka singkat.

“Kenapa sampai sekarang kak Gabriel kok belum sadar sih…kak”tanya Oik pada Cakka yang membuatnya bingung.

“Eh…Hmm pasti dia bakal sadar,karena dia nggak akan biarin kamu terus-terusan menangis”kata Cakka asal dia tak ingin gadis yang disayanginya itu terus-terusan sedih,sebenernya dia juga tidak tau kapan sahabatnya itu sadar.

“Tapi kapan kak…”tanya Oik lagi dengan nada manja.

“Se…secepatnya”jawab Cakka ngasal,Cakka kemudian keluar ruangan.

“Kak lo mau kemana”tanya Agni yang melihat Cakka berjalan menjauh dari ruang ICU.

“Ketoilet…..”jawab Cakka sambil terus berjalan.

Setelah lumayan agak jauh Agni mengikutinya dari belakang,ternyata Cakka nggak ketoilet tapi menuju ruang dokter,Agni mengintip dari balik pintu.

“Berapa lama lagi dokter,teman saya bisa bertahan”tanya Cakka antusias.

“Tidak lama lagi…keadaannya sudah parah,dia membutuhkan donor itu secepatnya”jelas dokter Irfan.

“Kalau gitu saya,bersedia mendonorkan ginjal saya untuk Gabriel dok….”, tawar Cakka.

Kemudian Agni muncul dari balik pintu dan menghampiri Cakka

“Lo jangan ngaco Kak”seru Agni yang membuat Cakka kaget.

“Agni ngapain lo disitu”tanya Cakka.

“Gue ngga setuju kak,lo tau kan apa resikonya….nyawa”ucap Agni tegas sambil memberi penekanan di kalimatnya.

“Gue tahu itu Ag…tapi lo nggak bisa cegah gue”kata Cakka berusaha tenang.

“Tapi kak…”.

“Lo yakin kan,gue nggak bakal kenapa-napa”ucap Cakka sambil meyakinkan Agni,tak bisa berbuat apa-apa lagi.

“Apa anda yakin,dan sudah memikirkan kemungkinan resiko yang bakal terjadi”tanya dokter Irfan meyakinkan.

“Iya dok”.

“Agni lo jangan bilang yang lainnya ya,termasuk Oik”pinta Cakka.

“Tapi kenapa mereka nggak boleh tau”ucap Agni bingung.

“Lo bisa kan buat nggak ngasih tau semua”perintah Cakka,Agni hanya mengangguk,dia sudah pasrah,Agni tidak mengerti jalan pikiran kakaknya,menantang maut menurutnya,kakaknya rela berkorban untuk sahabatnya demi gadis yang dipujanya setengah mati.

“Kalau gitu anda bisa ikut saya untuk melakukan tes dulu”kata dokter itu.

Agni berjalan keluar dari ruang dokter,dia melangkah menuju yang lainnya,sambil terus memikirkan apa yang dilakukan kakaknya itu,dia berjalan lunglai menuju ruang ICU.

“Lo habis dari mana Ag”tanya Alvin yang tampak tak bersemangat.

“Toilet….”singkat.

“Lo kenapa lemes gitu”.

“Gu…gue gpp kok”jawab Agni bohong,dia ingat pesan kakaknya tadi untuk tak menceritakan apa yang dilihatnya tadi.

Beberapa hari kemudian.

Oik menuju rumah sakit sendirian tak ditemani siapapun,dia berjalan menuju ruang ICU,tempat Gabriel dirawat,dia mendapati hal yang sama,cowok itu masih terbaring koma,tak ada tanda-tanda kondisi cowok itu membaik.

“Kak ini aku…Oik”ucapnya lalu duduk di samping ranjang Gabriel,tangan Oik meraih tangannya lalu menggengam erat.

“Kapan kamu sadar kak….”tanya Oik.

Tiba-tiba sesuatu terasa bergerak di genggaman Oik,ia tersentak dan buru-buru melepas genggamannya dari tangan Gabriel.

“Kak…..”panggil Oik sambil menggengam erat tangan Gabriel menguatkan sosok itu.

Gabriel membuka matanya dengan susah payah,bayangan yang semula samar di hadapannya, lama-lama semakin jelas. Di depannya kini ada sosok perempuan yang tersenyum,betapa senangnya akhirnya dia bisa kembali menatap wajah cewek itu.

“Oi…Oik”panggilnya terbata.

“Ia kak…aku disini”ucap Oik senang akhirnya cowok itu sadar juga.

“Aku panggil dokter dulu ya….”Oik melepaskan genggamnya dari tangan Gabriel,lalu keluar mencari dokter.

“Dokter…kak Gabriel sudah sadar….”ucap Oik memberitahu,lalu mengajak dokter itu.

“Oh…ya...”

“Syukurlah anda sudah sadar”ucap dokter Irfan setelah selesai memeriksa Gabriel.

“Berapa lama saya disini dokter”tanya Gabriel lirih.

“Udah seminggu kamu nggak sadar kak”kali ini Oik yang menjawab.

“Se..seminggu”.

“Ada berita baik untuk kamu…Gabriel”seru dokter Irfan.

“Berita baik apa dok”tanya Gabriel bingung.

“Kamu punya harapan untuk sembuh sekarang,donor untuk kamu sudah ada”ucapan dokter Irfan membuat Gabriel dan Oik tentunya…..senang.

“Alhamdulilah....kak”ucap Oik ikut senang.

Oik segera memberitahu yang lainnya,Alvin,Debo,Rio dan Ray ikut senang.

Beberapa hari kemudian keadaan Gabriel pasca operasi mulai membaik,kini dia sudah tidak lagi diruang ICU tapi diruang perawatan biasa.

“Gimana keadaan lo Yel”tanya Debo.

“Lo lihat sendiri kan,keadaan gue udah membaik”jawabnya,terlintas senyum dibibirnya.

“Cakka…mana kok dari kemaren nggak kelihatan”tanya Gabriel tiba-tiba,karena beberapa hari dia tak melihatnya.

“Gue sendiri juga nggak tau”Alvin mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau.

“Iya…dia ngilang gitu aja,padahal dia yang paling khawatir dengan kondisi lo”kata Rio heran.

“Begitu juga Agni…kak,beberapa hari terakhir aku tidak melihatnya”ucap Oik.

Disekolah,pelajaran telah selesai bel tanda pulang telah berbunyi,Oik segera menuju kelas X-1 mencari Agni sahabatnya,kebetulan mereka beda kelas.

“Kamu lihat Agni nggak”tanya Oik pada salah satu siswa tersebut.

“Tuh dia masih dibangkunya”siswa itu menunjuk kearah Agni,Oik lalu menghampiri Agni.

“Agni…”sapa Oik lalu mendekati bangkunya.

“Oik,ngapain lo disini”tanya Agni.

“Nggak apa-apa kok,udah beberapa hari ini kamu nggak kelihatan kemana aja”tanya Oik polos.

“Gu..gue nggak kemana-mana”jawab Agni sekenannya.

“Oh ya…kak Cakka kemana Ag ,udah beberapa hari ini aku nggak bertemu dia”tanya Oik lagi.

Seketika wajah Agni berubah,dia menatap Oik tajam.

“Lo beneran pengen ketemu dengan kakak gue”ucap Agni dengan nada agak tinggi,Oik sedikit ketakutan.

“I…iya”ucap Oik terbata.

“Kamu kenapa…Ag…”tanya Oik bingung,Agni tak menjawab.

“Sekarang lo ikut gue”paksa Agni lalu menarik Oik untuk mengikutinya.

“Ke…kemana…”Oik berfikir Agni kesambet.

Agni mengajak Oik menuju rumah sakit.

“Kamu mau jenguk kak Gabriel ya”tebak Oik.

“OIK TOLONG LO BERHENTI BICARA SEKARANG”bentak Agni,membuat Oik ketakutan.

“DAN PERLU LO INGAT GUE SEDANG TIDAK INGIN JENGUK GABRIEL…PAHAM ”lanjutnya dengan suara tinggi Oik terdiam,mata Agni mulai berkaca-kaca,mereka berdua menelusuri lorong-lorong rumah sakit,kemudian langkah mereka terhenti depan ruang ICU.

‘Agni ngapain ngajak aku keruang ICU,kalau bukan mau jenguk kak Gabriel lalu siapa…???’batin Oik sambil bertanya-tanya.

“Kenapa kita keruang ICU,emangnya siapa yang sakit”tanya Oik bingung.

“Lo ikut gue masuk sekarang”Agni menarik tangan Oik.

‘Agni ngapain ngajak aku masuk keruang ICU,emangnya mau ngapain sih’batin Oik

Sebelum Agni dan Oik masuk keruang ICU,mereka mengenakan pakaian steril dulu.

Perlahan-lahan Oik membuka pintu ruang ICU,didapatinya seseorang sedang terbaring koma ditempat tidur dengan balutan alat-alat medis ditubuhnya,Oik mendekat betapa terkejutnya dia.

“Agni i…ini kan”mulut Oik terasa kaku melihat pemandangan didepan matanya. “Iya ini kak Cakka”jelas Agni tangisnya pecah.

“Agni tolong jelasin ke aku,kenapa dengan kak Cakka”tanya Oik.

“Lo masih tanya kenapa…”nada bicara Agni agak tinggi.

“Kenapa kamu marah sih”Oik bingung melihat Agni sahabatnya itu berubah tiba-tiba.

“Asal lo tau Ik…kakak gue begini juga demi lo”jelas Agni.

“Demi aku….emangnya apa yang kak Cakka lakuin”tanya Oik semakin bingung dengan ucapan Agni.

“Lihat kan Gabriel bisa sembuh seperti sekarang ini karena kak Cakka yang donoron ginjalnya buat dia”lanjutnya.

“A…a…Apa,jadi kak Cakka,kenapa kamu nggak bilang ke kita”ucap Oik kaget sambil bertanya kepada Agni.

“Kak Cakka ngelarang gue tuk kasih tau yang lainnya termasuk lo”.

“Kakak gue lakuin ini semua demi lo,karena cinta banget sama lo Ik,bahkan dia tak peduli dengan dirinya sendiri,dia tau lo cinta banget sama Gabriel,makanya kak Cakka lakuin ini semua”jelas Agni air matanya tak terbendung lagi.

Perkataan Agni barusan sukses membuat Oik nangis.

“Jadi selama ini kak Cakka suka sama aku”ucap Oik tak percaya.

“Iya…tapi nyatanya apa yang ada di hati lo cuman Gabriel…Gabriel…dan Gabriel,tanpa lo pernah mikir gimana perasaan kak Cakka…Ik”kata Agni.

Oik merasa bersalah banget ia tak mampu berkata-kata lagi,dia hanya menangis.

“Maaf…nggak seharusnya gue marah-marah sama lo”ucap Agni lirih,ia merasa bersalah pada Oik.

“Gpp…”jawabnya singkat lalu keluar dari ruang ICU.

“Oik…Oik…Oik….”panggil Agni,Oik tak menyahut,dia pergi gitu aja.

Esok harinya.

Oik datang lagi kerumah sakit kali ini tujuannya untuk jenguk Gabriel melainkan Cakka.

Didapatinya lagi cowok itu masih belum sadar,masih sama kaya kemaren,malah jauh memprihatinkan ketimbang Gabriel dulu.

“Kapan kamu sadar sih kak?”tanya Oik,Ia lalu menggenggam jemari Cakka,lalu tertidur.

Baru beberapa saat Oik memejamkan matanya ada yang bergerak di genggamannya,ia tersentak dan mengangkat wajah, dan menatap Cakka. mata cowok itu mengerjap beberapa kali,dan perlahan-lahan terbuka,alangkah senangnya dia bisa melihat lagi wajah gadis itu.

“Kak kamu udah sadar”ucap Oik senang sambil mengusap lembut tangan Cakka, menguatkan sosok itu.

“Oi…Oik”rintihnya.

“Iya ini aku kak,Oik panggil dokter dulu ya”kata Oik.

“Ngg…ngga usah…”tolaknya.

Sementara diluar ruangan.

“Agni kenapa lo nggak ngasih tau gue,kalau Cakka yang donorin ginjalnya buat gue”ucap Gabriel ada rasa sedikit kekecewaan di wajahnya.

“Maaf…”ucap Agni sambil tertunduk.

“Harusnya lo cerita sama kita”nada Alvin agak tinggi,dia agak sedikit kesal.

“Kak Cakka sendiri yang meminta gue untuk nggak menceritakan sama kalian”jelas Agni.

“Udah donk kalian jangan nyalahin Agni,ini bukan salah dia”bela Rio.

Ruang ICU

“Gi…gimana keadaan Gabriel sekarang…Ik”tanya Cakka.

“Sekarang keadaanya udah membaik,dia udah pulang 3 hari yang lalu”jelas Oik.

“Syukur deh….”ucap Cakka agak lega.

“Tapi kenapa sekarang malah kak Cakka yang jadi kaya gini”ucap Oik sedih air matanya berlinang membasahi pipinya.

“Hahaha kakak nggak apa-apa ini”ucap Cakka berusaha tenang,ia tak ingin membuat Oik cemas padahal kondisinya memburuk.

“Argh!!”rintih Cakka tiba-tiba sambil memengangi perutnya.

“Kak…kamu kenapa….”ucap Oik panik.

“Kalau gitu aku panggil dokter dulu”Oik hendak melangkah keluar tapi tangan Cakka mencegahnya.

“Ngg…nggak usah,yang lain…ke..kemana Ik”tanya Cakka karena dari tadi dia hanya melihat Oik disampingnya,Oik hanya mengangguk dan keluar ruangan.

“Kak Cakka nyari’in kalian semua”ucap Oik dengan nada lemas,mereka masuk ruang ICU.

Gabriel,Alvin,Rio,Debo dan Agni duduk disebelah Cakka.

“Gimana keadaan lo Cakk”tanya Gabriel.

“Lo….tau…sendiri..kan hhh keadaan gue sekarang…lo…lo sendiri gimana???”kata Cakka terbata.

“Keadaan gue udah membaik,thanks Cakk”ucap Gabriel senang.

“Hha lo nggak perlu berterima kasih sama gue….”.

“Yel…Gue…hhh…minta satu hal sama lo…hhh”pinta Cakka,diselingi nafas yang memberat.

“A….apa itu Cakk”tanya Gabriel bingung.

“Lo…hh…harus…jagain Oik,dia….hhh sangat mencintai lo…hhh”Gabriel menahan air matanya.

“Pas…pasti itu Cakka”ucap Gabriel yakin,Cakka tersenyum lalu pandangannya beralih pada Debo dan Alvin.

“Kalian…hhh…memang sahabat terbaik gue,kalian harus bisa hidup tanpa gue lagi”ucap Cakka serius.

“Lo ngomong apa’an sih Cakk”kata Alvin kesal,sementara Debo mengusap air matanya yang jatuh.

Cakka lalu melihat kearah Agni.

“Terus buat Agni….,kakak hhharap lo bisa jadi cewek yang baik,nggak berantem lagi….”pinta Cakka pada Agni,agar adiknya itu bisa berubah,Agni mengusap air matanya.

Pandangannya kemudian beralih kearah Rio,Cakka tersenyum pada Rio.

“Gue…hhh…minta sama lo Rio,tolongin jaga’in Agni,gue percaya sama lo”Rio hanya tersenyum matanya mulai berkaca-kaca.

Pandangannya kini tertuju pada sosok Gadis yang berdiri dibelakang Gabriel,sambil tertunduk menangis.

“O…Oi…Oik…”panggilnya,Oik masih diam beberapa saat.

Kemudian Oik menghampiri Cakka dan memeluknya.

“Kak jangan tinggalin Oik…hu…huuu”tangisnya pecah.

“Jangan nangis…hh….kakak nggak pengen lihat kamu nangis lagi”tangan Cakka menghapus air mata.

“Kakak mau minta hhh satu hal sama Oik…hhh…”kata Cakka nafasnya mulai memberat,Oik merasakan sesuatu hal yang buruk yang akan terjadi sama Cakka.

“Ap…apa itu kak”tanya Oik.

“Kamu ha….hhhharus bahagia sama Gabriell….”pinta Cakka,tangan kanannya memengangi tangan Gabriel,dan tangan kirinya memegangi tangan Oik,lalu menyatukannya,Cakka tersenyum,Gabriel dan Oik saling berpandangan,Cakka lalu melepaskan tangannya.

“ Oik .. hh.. aku.. aku cinta sama kamu.. cinta sekali..tapi semua su..sudah terlambat…hhh”ujar Cakka Napasnya makin memberat dan tak beraturan.

“Kenapa kakak baru bilang sekarang….”sesal Oik.

“Kakak ngg…nggak mungkin suka…sss…sama kamu,sudah ada Gabriel disisi kamu…dia yang bakal ngejaga dan ngelindungi kamu,kakak harap kkamu bahagia sama dia”kata Cakka.

“Tapi kak…”tangan Oik mengengam tangan Cakka,lalu Cakka berusaha melepasnya.

Agni,Gabriel dan yang lainnya berusaha menahan Air matanya.

“Maaf…hhh…sayang….kakak…hhh…harus…pergi….hhhh”ucap Cakka sambil menghela nafas panjang,matanya tertutup perlahan-lahan,bersamaan dengan datarnya garis di monitor yang menunjukkan detak jantung Cakka sudah tak ada.

Kehilangan dirimu menyakitkan nurani…Separuh nyawa terbawa…Menyisakan perih dihatiku…

Hanya terus berharap…Ini bukan kenyataan…Kau pergi tinggalkan dunia fana

…………………………………………………………………………………………………………………

Baiknya kulepaskan segala kepedihan tuk merelakanmu…Mengapa semua ini terjadi…Betapa ku mencintai dirimu …Ku tak kuasa menahan kesedihan yang begitu dalam….

……………………………………………………………………………………………………………….

“Kak Cakka….bangun kak…kak…….”panggil Oik sambil menggoyang-goyangkan tubuh Cakka yang terdiam,semua panik,Alvin keluar mencari dokter.

Tak berapa lama dokter datang memeriksa keadaan Cakka,dokter itu menggeleng.

“Suster tolong lepaskan alat-alat ditubuh Cakka”perintah dokter Irfan.

Semua hanya bisa menangis.

Oik mendekati Cakka dan memeluknya,dia berusaha tegar melepas kepergian Cakka.

“Kakak jahat kenapa tinggalin Oik hiks…”ucap Oik,Gabriel berusaha menenangkan Oik dan membawanya menjauh dari ruang ICU,begitu juga Rio mengajak Agni keluar.

~Flashback End~

“Oik janji nggak bakal nangis lagi,sesuai pesan kakak”jelas Oik sambil senggukan karena habis nangis.

“Dan bahagia sama kak Gabriel”lanjutnya.

Gabriel menunduk sambil diam,tapi didalam hatinya dia mulai berkata didekat batu nisan Cakka.

‘Gue bakalan jagain Oik demi lo…Cakka,semoga lo tenang dialam sana’batinnya.

“Kak Gabriel…kakak janjikan sama Oik,nggak bakal ninggalin Oik”pintanya.

“Aku janji nggak bakal ninggalin kamu”ucap Gabriel yakin lalu memeluk Oik,dalam pelukkan Gabriel ia merasa dekat Cakka,kini Cakka akan hidup terus hidup diraga Gabriel.

Tiba-tiba Angin berhembus kencang,Oik hendak berdiri sesosok bayangan yang memakai pakaian serba putih muncul dihadapanya.

“Kak…kak Cakka…”ucap Oik tersentak,bayangan itu hanya tersenyum lalu menjauhi Oik.

“Oik kamu kenapa”tanya Gabriel bingung.

“Kak itu…kak Cakka…kak”tangan Oik menunjuk kearah barat.

“Mana…”Gabriel tak melihat apa-apa disana,dia mengira Oik terlalu berhayal.

“Itu disana kak”Gabriel tak melihat apapun,hanya Oik yang melihatnya

Lalu bayangan itu hilang seiring datangnya sinar matahari yang memancarkan sinarnya langit yang tadinya mendung kini cerah.

“Sudahlah Oik mungkin itu cuman perasaan kamu aja,lebih baik kita pulang saja”ajak Gabriel,Oik hanya mengangguk.

Beberapa minggu setelah kepergian Cakka semua sudah kembali normal.

“Lo mau ajak gue kemana Io?”tanya Agni.

“Ada deh dan lo pasti suka”Rio membawa Agni kesebuah taman yang ada dibelakang bukit.

“Ini taman favorit gue,gue selalu curhat ditaman ini tentang semua hal termasuk perasaan gue ke lo”kata Rio lalu duduk Agni mengikutinya.

“Hah curhat perasaan lo!sama siapa?”tanya Agni bingung.

“Hahaha dasar lo ini”Rio malah ketawa.

“Kok malah ketawa siy -_-“seru Agni.

“Gue mau ngomong isi hati ini ke lo”kata Rio ragu.

"Ngomong soal isi hati lo ke gue"Agni menunjuk dirinya sendiri.

"Gue suka sama lo Ag dari dulu,lo mau kan jadi pacar gue??"ucap Rio tanpa basa-basi lagi.

Agni bingung mau jawab apa,untuk beberapa saat dia diam.

"Halloo..."Rio melambaikan tanganya di depan muka Agni.

"Gue nggak tau harus bilang apa"jawab Agni.

"Lo ingat kan permintaan terakhir Cakka,gue harus jagain lo sampai kapanpun"tegas Rio.

Agni mengangguk.

"Jadi???mau kan"tanya Rio sekali lagi.

"Iya gue mau"jawab Agni akhirnya.

"Thanks Agni"tanpa malu-malu Rio langsung meluk Agni.

"Ehmm"Wajah Agni langsung memerah :").

Rio melepaskan pelukannya

"Kita kesana yukk,lihat sunset"Rio mengajak Agni di atas bukit sebelah barat,sambil gandeng tangannya.

~~~~~Ending~~~~~