Selasa, 22 November 2011

Ku Temukan Penggantinya last part

Hari ini pertengahan November, malam harinya hujan turun dengan sangat lebatnya membasahi bumi. Tak kalah hebatnya suara petir yang bersahut-sahutan. Beberapa jam kemudian hujan mulai reda dan suara petir menghilang, seiring berhentinya hujan lebat. Yang tersisa hanya rintih air hujan.


Ini sudah lewat tengah malam kira-kira pukul 1 dini hari waktu setempat. Oik sudah tak bisa tidur nyenyak semenjak hujan turun beberapa jam yang lalu, ia berusaha memejamkan matanya dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Tapi tetap saja semua posisi tak nyaman menurutnya. Sementara Cakka tertidur lelap, suara hujan dan guntur beberapa waktu lalu tak menggoyahkan tidurnya.
“Cakka…”Oik berusaha membangunkan suaminya itu. Namun Cakka tak juga bangun.


Akhirnya ia segera bangun dari tempat tidurnya, perutnya mules sekali dengan jalan perlahan Oik segera menuju toilet. Rasa mules itu hilang dan timbul begitu saja, Oik sudah tak tahan dengan ketidak nyamanan itu.
“Auhhhh….”rintih Oik sambil terus berjalan perlahan mendekati tempat tidurnya lagi.
Cakka segera terbangun karena mendengar suara Oik barusan, ia segera mendekati istrinya itu.


“Kamu kenapa Ik?”tanya Cakka panik saat melihat Oik meringis kesakitan.
“Perut aku daritadi mules terus, sepertinya mau melahirkan nih Kka. Apalagi anak ini nendang-nendang terus”jelas Oik sambil memegangi perutnya.
“Sebaiknya kita langsung kerumah sakit sekarang”Cakka menuntun Oik menuju mobilnya, dan segera tanjap gas menuju rumah sakit.

Karena terburu-buru tadi Cakka maupun Oik tidak sempet menyiapkan segala sesuatu yang perlu dibawa kerumah sakit seperti perlengkapan bayi. Bahkan Cakka saja masih mengenakan celana pendek dan kaos t-shirt. Yang sempet dibawa hanya Hp dan dompetnya saja.


Ini masih jam 2 pagi semua klinik bersalin tutup pastinya, kecuali jika langsung ke rumah sakit yang memang buka 24 jam. Anaknya ini sangat merepotkan padahal masih didalam kandungan gimana kalau sudah lahir?.


“Ik kamu tahan ya, bentar lagi kita sampai rumah sakit”kata Cakka menguatkan Oik saat mobilnya berhenti dilampu merah. Oik tak menjawab, ia hanya merintih menahan sakit.

^^^

Cakka duduk di ruangan bersalin, tangannya sibuk memencet tombol di Hpnya berusaha menghubungi ibu mertuanya itu untuk segera datang ke Jogja. Dan juga menghubungi kedua orang tuanya yang lagi di Batam.


Dan ibu mertuanya itu baru bisa datang besok, Cakka ingin kembali pulang mengambil perlengkapan yang di butuhkan Oik dan anaknya nanti. Baru saja dia hendak melangkah namun tiba-tiba saja perutnya terasa sakit.


“Arghhh….”rintih Cakka sambil meremas perut, ia pun berjalan menuju toilet karena perutnya mules sekali.
Setelah kembali dari toilet rasa sakit itu belum juga hilang, Cakka segera menelpon pembantu di rumahnya untuk datang kerumah sakit dan membawa perlengkapan untuk Oik dan anaknya karena tadi terburu-buru dan belum sempat mempersiapkan.
Setengah jam kemudian pembantunya datang. Membawa tas yang isinya perlengkapan yang di minta Cakka, ponselnya berdering ada telpon dari Mamanya.
“Hallo, Ma”.
“Iya, belum lah ini juga lagi nunggu”.
“Iya…iya, ok. Udah dulu ya Ma nanti aku kabari”Cakka segera menutup sambungan telpon dengan Mamanya.

Setelah beberapa jam menunggu, terdengar suara tangisan bayi memecah kesunyian rumah sakit, waktu menunjukkan hampir subuh. Pintu ruang bersalin terbuka lalu keluarlah seorang suster sambil menggendong bayi, Cakka segera menghampiri, rasa sakit di perutnya tadi sudah berangsur menghilang.
“Selamat ya mas, bayi nya lahir dengan selamat dan normal. Jenis kelaminnya cowok”jelas suster tersebut sambil menyerahkan bayi itu di gendongan Cakka.
“Terima kasih suster”kata Cakka senang, karena anak yang sudah dinantikannya telah lahir. Sebenarnya Cakka ingin sekali anak pertamanya ini cewek tapi jika lahir cowok ya apa mau dikata. Mau cewek ataupun cowok anak itu adalah anugerah tuhan.


Cakka membelai pipi bayinya yang masih merah itu, kemudian mencium keningnya. Ia pun memasuki ruang rawat dan segera menghampiri Oik yang terbaring lemas, kemudian duduk disamping tempat tidurnya.
“Lihat Ik, wajahnya sangat mirip denganku. Hanya saja pipinya sepertimu temben sih, begitu pula matanya”kata Cakka saat mengamati setiap inchi wajah bayinya.
“Jelaslah Kka, dia kan cowok. Lucu sekali kan kalau dia mirip aku, kamu ini bagaimana sih”jawab Oik, meskipun fisiknya masih lemas namun dia masih tetap bisa bercanda.
Cakka terkekeh. “Hehehe iya juga sih”.
“Jadi siapa nama yang cocok untuk dia?”.
“Gimana kalau nama depannya kita ambil dari nama tengah ku dan nama belakangmu. Ramadlani dan Kawekas jadinya Raka. Gimana?”usul Cakka, Oik berfikir sejenak.
“Boleh juga itu, lalu terusannya?”tanya Oik lagi, Cakka berfikir sejenak.
“Duh susah, kamu saja deh Ik yang lanjutin”ucap Cakka pasrah.
“Kamu gimana si Kka, masa ngasih nama anak sendiri saja tidak bisa”gerutu Oik, ia berfikir sejenak untuk nama anaknya.
“Hmm…gimana kalau Raka Andreas Raynaldi Nuraga, panggilannya Aga”akhirnya Oik menemukkan sebuah nama untuk bayinya itu.
“Andreas? Raynaldi? Bagus juga itu namanya, kamu ambil dari nama siapa?”tanya Cakka.
“Itu nama aku ambil dari nama personil SIB, Debo dan Ray ehehehe. Jadi kamu setuju kalau namanya itu tadi”jelas Oik sambil meminta persetujuan suaminya itu, Cakka mengangguk yang artinya setuju.


Cakka menyerahkan Aga di gendongan Oik, agar Oik bisa memberikannya ASI. Setelah selesai
“Aku mau tidur dulu, Kka”kata Oik yang terlihat masih lemas, kemudian menyerahkan kembali Aga ke gendongan Cakka.
“Iya istirahatlah, kelihatannya kamu lelah”kini Cakka beralih duduk di sofa.

Hujan turun lagi dengan deras, udara dingin mulai menerobos masuk melalui ventilasi jendela. Meskipun AC ruangan sudah di matikan namun dingin masih terasa. Cakka mempererat pelukannya ke Aga, memberikan rasa nyaman dan hangat kepada anaknya itu mengingat udara cukup dingin.
Cakka mengambil Hpnya yang tergeletak di pinggirnya, memencet nomor di kontak dan segera menghubungi Mamanya. Awalnya tidak ada jawaban, namun Cakka menghubungi kembali panggilan kelima baru di angkat.
“Ah…lama sekali sih Ma, angkatnya”omel Cakka.
“Aku cuman mau kasih kabar, kalau anak aku sudah lahir ma, cowok”Cakka menjelaskan.
“Mamanya Oik sih datangnya besok pagi mungkin”.
“Oke, nanti aku kirim”ucap Cakka mengakhiri sambungan telpon dengan mamanya. Meletakkan ponselnya kembali.

Sekali lagi Cakka memperhatikan wajah anaknya itu, sangat mengemaskan sekali. Ia mencubit pipinya yang chubby itu secara perlahan sambil sesekali mencium keningnya. Cakka jadi teringat kembali, jika saja waktu itu Oik tidak mengalami pendarahan yang membuat salah satu janinya gugur. Mungkin saat ini dia bisa menggendong dua bayi sekaligus, pasti lucu sekali.

^^^

Hujan masih rintik-rintik, rasanya agak malas jika melakukan aktivitas di tambah lagi ini hari minggu, dimana semua orang libur kerja. Oik terbangun dari tidurnya disampingnya sudah ada Mamanya, Oik tersenyum.
“Ma, kapan datangnya?”tanya Oik kemudian merubah posisinya menjadi duduk.
“Tadi Ik, sekitar jam lima lah”jelas mama Winda, Oik melihat mamanya sedang menggendong Aga.
“Cakka dimana, ma?”tanya Oik.

“Itu sedang tidur, kayaknya dia kelelahan Ik”mama Winda menunjuk sofa, dilihat suaminya yang tidur pulas di sofa itu. Oik segera turun dari ranjang sambil membawa selimut, ia sudah kuat berjalan kembali meskipun pelan-pelan. Oik menghampirinya, menyelimutkan kain itu ke tubuh Cakka membelai rambutnya yang agak berantakan itu dengan perlahan.


“Mama senang banget lho, Ik. Akhirnya kamu dapat suami seperti Cakka”kata mama Winda ikut senang.
“Iya ma!!!”.
“Setidaknya dia lebih baik dan bertanggung jawab dari pada Alvin itu”.

“Ma, jangan bahas dia lagi dong. Oik masih sakit hati dengan Alvin, yang sudah mengambil Lani”Oik agak kesal saat mama Winda membicarakan mantan suaminya itu.
“Kamu tidak boleh gitu Ik, justru kamu harus memperbaiki hubunganmu dengan Alvin demi Lani biarpun kalian bukan suami istri lagi”mama Winda menasehati anaknya itu.

“Tapi Oik tidak tau kabar Lani sekarang gimana”.
“Makanya kamu harus balik ke Jakarta untuk mencari tau keadaan Lani, lagipula dia masih membutuhkan mu. Mengingat usianya masih balita”saran mama Winda.
“Aku balik ke Jakarta jika Aga udah besar ma, lagian kasian dia kalau jika di ajak berpergian sekarang. Aku yakin Alvin bisa kok mengurus Lani”.



Mama Winda menyerahkan Aga ke gendongan Oik. “Sejak tadi Aga tenang dan nggak rewel”.
“Aku rasa juga gitu ma”Oik memperhatikan setiap detail wajah Aga, suara hujan dan percakapan bundanya dengan oma nya barusan tak mengusik tidur lelapnya.
“Mungkin saja dia mewarisi sifat ayahnya itu”Oik mengalihkan pandangannya ke sofa, mama Winda mengikuti.
“Hahaha kamu ini ada-ada saja Ik”mama Winda tertawa kecil mendengar penuturan Oik.
“Beneran kok ma, lihat saja sendiri Cakka kalau tidur biarpun ada suaru berisik dia tidak terusik kok” Oik bercanda dengan mamanya, tanpa terasa matahari sudah mulai tinggi.



Jam menunjukkan pukul 8 pagi cuaca cukup dingin karena matahari masih bersembunyi dibalik awan sehingga tak bisa menghangatkan bumi. Hujan sudah mulai reda kabut pagi masih menyelimuti sudut-sudut kota Jogja, langit masih mendung.


Cakka menggeliatkan tubuhnya meregangkan otot-ototnya yang kaku itu gara-gara tidur di sofa badannya jadi sakit semua, kemudian menghampiri Oik yang sedang asyik nonton berita kebetulan di kamarnya ada televisinya.

“Eh Kka kamu sudah bangun rupanya!!!”kata Oik, Cakka segera duduk disampingnya.
“Mama mana Ik?”tanya Cakka yang tak melihat ibu mertuanya itu.
“Mama pulang untuk menyiapkan segala sesuatu jika nanti kita pulang ke rumah, seperti kamar tidur Aga”Oik menjelaskan. “Terus Aga?”tanyanya lagi.
“Suster sedang memandikannya”Oik kemudian mengambil rantang yang ada di meja, dan membukanya satu per satu.
“Sebaiknya kamu sarapan dulu ya, tadi mama udah belikan ini makanan buat sarapan kamu”jelas Oik sambil mempersiapakan sarapan untuk suami tercintanya itu.
“Bentaran deh Ik, aku masih ngantuk nih”kata Cakka manja sambil merebahkan kepalanya dibahu Oik.
“Sekarang tidak boleh males gitu ah…nanti aku dimarahi mama kalau kamu sakit”.

Cakka dan Oik sedang bahagia karena kehadiran Aga kini. Di tempat lain diwaktu yang sama sepasang kekasih sedang bahagia duduk di pelaminan, sekarang ini mereka resmi menjadi suami istri. Ya Alvin Jonathan Sindunata dengan Sivia Azizah sedang menyelenggarakan acara pernikahan mereka. Sudah tak tampak kesedihan di wajah Alvin yang baru beberapa bulan lalu kehilangan istrinya.

Tampak juga Lani dan Zahra yang ikut bahagia, mereka berdua sedang asyik menghabiskan pudding bersama.

Alvin memulai lembaran hidup baru bersama kedua putrinya dari ibu yang berbeda dan dengan Sivia tentunya. Kini ia harus merubah sikapnya yang kasar dan keras itu mengingat kedua putrinya kini sudah mulai beranjak dewasa nantinya.

Hari-hari yang dilalui Oik kini semakin indah dan menyenangkan bersama Aga dan Cakka tentunya.

Epilog

Kini Aga sudah berusia 4 tahun. Malam harinya Oik sudah mengajaknya belajar.
“Mulai besok kamu sudah masuk TK, jadi kamu harus banyak belajar supaya apa?”kata Oik kepada Aga setelah anaknya itu selesai belajar.
“Supaya pintar dong, bunda”jawab Aga, yang sudah lancar berbicara bahkan mengucapkan kata R dan S, dia sudah bisa.
“Hahaha…betul sekali, anak bunda pintar sekarang ini”kata Oik sambil mengacak-acak rambut anaknya
“Ya sudah kamu sekarang tidur ya”suruh Oik. Aga segera menuju kamar, sementara Oik membereskan buku-buku.

Aga tidak segera menuju kamarnya melainkan dikamar disebelahnya, membuka handle pintu dan masuk ke kamar menghampiri Cakka yang sedang asyik memainkan Hpnya.
“Ayah…”panggil Aga mendekati Cakka, kemudian naik ke kasur duduk disebelah ayahnya itu.
“Kamu sudah selesai belajarnya?”tanya Cakka memastikan.
“Sudah dong, sekarang bunda menyuruhku tidur. Biar nanti pagi tidak kesiangan bangunnya”jelas Aga dengan tingkahnya yang lucu, membuat Cakka gemas.
“Ya sudah sekarang Aga tidur ya”Aga malah merebahkan tubuhnya disamping Cakka.
“Kok tidur disini? Tidur di kamar kamu sendiri dong”tegur Cakka.
“Tidak mau, Aga mau tidur disini bareng sama Ayah”jelasnya. “Ya nanti bunda kamu tidur dimana?”.
“Biar bunda tidur sendiri, kan bunda sudah besar masa tidur sama ayah terus sih”balas Aga yang sudah mulai bisa membantah omongan Cakka.
“Tapi kan bunda, istrinya ayah. Jadi ya bunda tidurnya sama ayah dong, lagian kamu udah gede harus berani tidur sendiri”Aga tak kehabisan akal agar bisa tidur bersama ayahnya.
“Hmm…gimana kalau kita tidur bertiga saja”Aga memberikan usul.
“Tidak. Mendingan kita tidur dikamar kamu saja, biar bunda tidur disini”kata Cakka akhirnya, jika nanti Aga tidur bersamanya sudah pasti ia tak bisa leluasa bermesraan dengan Oik diatas ranjang.
“Setuju”kata Aga dengan wajah berseri, mereka berdua segera menuju kamar disebelahnya. Jika sudah tertidur lelap nanti Cakka akan pindah ke kamarnya sendiri.

^^^

Keesokan harinya Oik sedang bersiap-siap mengantarkan Aga kesekolahnya. Kini Oik berada diruang makan menikmati sarapan pagi ini bersama suami dan anaknya.
“Nanti kamu tidak usah bawa mobil sendiri kalau ngantar Aga, bareng aku saja. Kebetulan nanti aku pulangnya siang kok”jelas Cakka setelah selesai makan. Oik hanya mengangguk
“Asyik, berarti nanti sepulang aku dari sekolah. Kita jalan-jalan yah”kata Aga girang, jika yang mengantar jemput ayahnya pasti dia bisa meminta kemanapun sesukanya. Tapi jika Oik yang mengantar pasti Oik enggan jalan-jalan.
“Sipp…nanti siang kita ke jalan-jalan, kemanapun sesukamu”Cakka menyanggupi.
Setelah selesai makan ketiga Nuraga itu segera menuju sekolah, yang tidak terlalu jauh dari perumahan mereka.
“Ik, aku berangkat dulu ya”pamit Cakka, setelah mereka sampai didepan gerbang sekolah.
“Ok…hati-hati ya”ucap Oik sambil mencium tangan Cakka. Kini Cakka beralih ke Aga, ia sedikit berjongkok.
“Ayah berangkat kerja dulu ya, kamu sekolah yang rajin supaya pintar dan jangan bandel ok. Biar tidak dimarahi sama bunda”pesan Cakka kepada anaknya itu sembari berpamitan.
“Ya…”jawabnya singkat, ketika Cakka hendak berdiri. Aga memanggilanya lagi.
“Ayah…ayah…”panggil Aga sembari menunjuk-nunjuk pipinya yang artisnya sebelum Cakka pergi dia harus menciumnya terlebih dahulu. Cakka mengerti ia merendahkan badanya sedikit agar bisa mencium pipi anaknya itu.
“Masa gitu saja bisa lupa”omel Aga.
“Maaf habisnya ayah sudah buru-buru sayang”Cakka menjelaskan. Oik segera menegurnya.
“Aga waktunya kita masuk sudah setengah delapan ini, nanti dimarahi ibu guru kalau telat masuknya”Oik melerai kemesraan ayah dan anak itu.

Aga segera menggandeng tangan Oik untuk memasuki kelas, tangan kanannya melambai kearah ayahnya, setelah Oik dan Aga menghilang dari pandangannya Cakka segera memasuki mobilnya.

Karena masih TK, maka Oik mendampingi Aga saat proses pembelajaran didalam kelas. Mulai dari menyanyi, menggambar dan mewarnai. Ya bisa dikatakan Oik sekolah TK lagi, untunglah Aga sudah bisa melakukan itu semua sendiri tanpa bantuan Oik. Teman-temannya masih banyak dibantu sama ibunya.

^^^
Setelah pulang dari sekolahnya Oik dan Aga serta Cakka jalan-jalan di Amplas Jogja, menghabiskan waktu mereka bersama-sama sampai sore menjelang. Mulai shopping, makan, nonton film di bioskop.

Kini Oik sudah menemukkan pengantinya Lani dan Alvin. Namun kenangannya bersama Alvin dan Lani akan tetap hidup didalam hatinya, entah kapan dia bisa bertemu dengan anak pertamanya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar