Minggu, 02 Oktober 2011

Makna Sebuah Kehidupan part 2

Hari-hari Oik disekolah berlangsung seperti biasa selama dua minggu hanya dengan dua puluh kali hukuman, semua hukuman sudah dia rasakan mulai dari ngepel WC, menyapu halaman, lari mengelilingi lapangan, memotong rumput dan memunguti sampah hingga berdiri dibawah tiang bendera. Sudah bosan Oik harus menjalankan semua hukuman itu, dia ingin melihat kekreatifan guru-gurunya dalam menciptakan hukuman.


Jam pelajaran pertama dikelas Oik adalah matematika, dia bosan jika harus melihat rumus-rumus yang membingungkan tersebut saat pelajaran berlangsung sekitar 30 menit Oik meminta ijin pergi ke toilet. Namun bukannya ke toilet Oik pergi ketaman dibelakang sekolahnya disana ada sebuah danau kecil dan pepohonan rindang, memanjat salah satu pohon mengeluarkan pspnya dan memainkan salah satu game kesukaannya.


Lama kelamaan Oik mulai merasa bosan lalu mengedarkan pandangan keseluruh taman dan berhenti saat melihat orang yang duduk di bangku dekat danau. Oik segera turun dan berjalan kearahnya. Saat hampir dekat ternyata siswa itu adalah Cakka, Oik memperhatikan apa yang dilakukannya.

“Wow aku tidak menyangka ternyata diam-diam kau lebih parah dariku ya”Oik menegurnya. “Apa maksudmu?”tanya Cakka bingung. Oik mengamati butiran kecil putih ditangan Cakka.
“Tenang aku tidak akan mengadukanmu pada kepala sekolah, asal kau mau jujur padaku”Oik menepuk pundak Cakka kemudian duduk disebelahnya.
“Aku masih tidak mengerti apa yang kamu bicarakan?”Cakka bertanya lagi.
“Tidak usah berpura-pura lagi”Oik mendekat kearah Cakka. “Butiran ditanganmu itu narkoba kan”bisik Oik.

“Bukan. Ini bukan narkoba seperti yang kamu bilang tadi”selak Cakka. “Aku tidak keberatan jika kau mau membaginya denganku. Lagian aku belum pernah mencobanya kok”Oik mengambilnya sebutir dari tangan Cakka. Cakka segera merebutnya kembali dari tangan Oik.
“Aku bukan orang pengadu, tak kan ku laporkan. Kalau kau memang mengkonsumsinya. Aku jadi ingat perkataanmu yang dulu kau ingin berteman denganku kan, karena kita memang senasib”Oik mengambil buku disebelah Cakka dan membacanya.

“Semua yang kamu katakan itu salah, aku bukan pemakai”tegas Cakka, Oik menutup bukunya dan memandang Cakka tak yakin. “Aku sedang sakit! Dan tak boleh telat meminum obat ini ”sesaat Oik terdiam sesaat sebelum berkata lagi.
“Memangnya kau sakit apa? Tampangmu saja tidak menunjukan kalau kau sedang sakit”kata Oik tak yakin sambil tersenyum kecil.

Cakka memegang lengan Oik kemudian menatapnya dan berkata dengan tenang. “Gagal Jantung”senyum Oik menghilang untuk sesaat dia tak berkata sepatah katapun dan berhenti membaca buku kemudian memandang kearah Cakka. Untuk beberapa saat mereka saling diam dan berpandangan.


Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan "Heart Failure atau Cardiac Failure" merupakan suatu keadaan dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh. Dampak dari gagal jantung secara cepat berpengaruh terhadap kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan kematian sel akibat kekurangan oksigen yang dibawa dalam darah itu sendiri. Kurangnya suplay oksigen ke otak (Cerebral Hypoxia), menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran, sesak nafas bahkanberhenti bernafas dengan tiba-tiba yang berujung pada kematian.


“Oh gitu. Hmm aku balik dulu ke kelas”belum sempat Oik berdiri ternyata pak Duta sudah berdiri dihadapan keduanya.“Ternyata kamu disini, Oik? Bukannya tadi kamu mau ketoilet! Ternyata kamu bolos pelajaran saya”.
“Dan kamu Cakka kenapa disini?”tanya pak Duta. “Ini memang waktunya pelajaran diluar kelas pak”jelas Cakka.
“Kamu, Oik. Ikut bapak keruang BP dan hukuman apa yang tepat buat kamu”pak Duta melangkah pergi meninggalkan taman Oik mengikuti dibelakangnya. Mereka menuju ruang BP.

“Lagi-lagi kamu. Saya terpaksa harus mengirimkan surat peringatan kepada orang tuamu”kata bu Oki tegas. “Jadi kapan saya dikeluarkan dari sini?”tanya Oik santai.
“Ibu belum memutuskan untuk mengeluarkanmu dan memberikanmu kesempatan untuk memperbaiki kesalahmu. Tapi sebaiknya kamu berhenti melanggar peraturan sekolah”bu Oki si guru BP mengambil buku catatan tentang pelanggaran siswa.
“Jika kamu dua kali bolos dalam matpel Matematika, seterusnya kamu tidak boleh mengikutinya. Dapat ibu pastikan kamu tidak akan naik kelas”ancaman bu Oki tak membuat getir Oik sedikitpun.
“Surat ini berikan kepada orang tuamu”bu Oki menyodorkan selembar amplop pada Oik.
Setelah menerimanya Oik kembali ke kelasnya dan mengikuti sisa pelajaran Matematika yang tinggal 20 menit lagi.
“Aku tidak berminat untuk menyerahkan lembaran ini pada Papa”Oik merobek surat tersebut dan membuangnya ketempat sampah saat istirahat berlangsung.

^^^
Malam harinya…
“Oik, Papa mau bicara padamu?”Oik yang sedang sibuk berkutat dengan laptopnya tanpa memandang Papanya.
“Bicara saja, aku pasti dengar kok”Oik masih sibuk dengan laptop dihadapannya.
“Mau sampai kapan kamu akan terus-terusan gitu? lagian kamu kan anak perempuan tidak sepantasnya bersikap begitu”kata Papanya langsung sambil mengulurkan selembaran surat, Oik langsung berhenti dan memandang Papanya.
“Selamanya!!!”jawabnya singkat. “Papa sudah tidak tahan melihat sikapmu yang seperti berandalan tak berpendidikan”lanjut Papanya.
“Oh. Jadi Papa tidak senang aku tinggal disini”kata Oik kesal. “Tidak, bukan begitu cuman Papa ingin kamu merubah sikap”.
“Baik kalau itu mau Papa. Besok aku akan ke Semarang dan tinggal bersama Oma”ancam Oik. “Tidak. Kamu akan menyusahkan Oma dengan perilakumu yang seperti ini”cegah Papanya.
“Seharusnya Papa yang berfikir kenapa aku jadi seperti ini. Papa dan Mama egois tidak pernah mengerti perasaanku saat itu”kata Oik matanya mulai berkaca-kaca dan berlari kekamar dan membanting pintu saat menutupnya, ucapan Oik barusan membuat Papanya tersentak dan bersalah.
“Oik…Oik. Maafin, Papa…sayang”Papa Oik melangkah kekamarnya, namun Oik menguncinya



Lima hari berikutnya meskipun masih enggan bicara dengan Papanya. Oik sudah mulai baikan dengan Papanya …

Pagi-pagi sekali Oik sedang sibuk ditaman sekolah, merobek lembaran dari buku paketnya dan melipatnya menjadi kecil kemudian memasukan kesaku roknya. Cakka yang penasaran apa yang sedang dilakukan gadis itu mendekatinya.

“Kamu nulis apa?”tanya Cakka sembari mengamati Oik yang sedang menulis catatan dikertas kecil. “Belajar lah kau kira aku sedang melukis apa?”jelas Oik tanpa mengalihkan pandangan dari kertas kecil dihadapannya.
“Belajar bikin sontekan ya?”tebak Cakka. “Ya seperti yang kau lihat”jawab Oik santai, Cakka segera merebut catatan itu dan merobeknya.
“Kamu tidak boleh membawa sontekan itu curang”melihat apa yang dilakukan Cakka membuat Oik kesal. “Beraninya kau merobek catatanku, apa sih maumu?” Oik memandangnya kesal.
“Mauku kamu tidak mencontek, ini sama saja kamu tidak menghargai kemampuanmu sendiri”tegas Cakka. “Kayak kau tidak pernah bikin sontekan saja”ledek Oik.
“Aku memang tidak pernah bikin sontekan sepertimu, karena aku lebih menghargai orang yang nilainya jelek tapi dia jujur”.
“Apa yang akan ku dapatkan kalau aku tidak menyontek selain nilai jelek?”tanya Oik kepada Cakka. “Baiklah kalau kamu tidak mencontek aku akan menuruti permintaanmu”jawab Cakka ngasal.
“Memangnya kau bisa menyanggupi permintaanku”tantang Oik, Cakka menatapnya dengan yakin. “Ok. jumat sore datanglah ke lapangan didekat taman kota”Oik segera mengemasi semua buku-bukunya.
“Aku akan datang sesuai keinginanmu”kata Cakka saat Oik berlalu dari hadapannya.

Saat ulangan Oik sengaja duduk dibangku depan dekat meja guru tanpa mencontek, dia berpikir keras mengerjakan soal-soal tersebut dan mengingat-ingat apa yang sudah dibacanya, namun tak ada satupun yang Oik ingat. Yang sedang ia pikirkan adalah apa yang akan dilakukannya terhadap Cakka jumat besok. Ulangan hanya berlangsung 45 menit dan setelah selesai dikoreksi guru sejarah tersebut langsung membaginya.


Saat bel istirahat Oik segera keluar dari kelasnya sambil membawa hasil ulangannya menuju kelas XII IPA 1. Menghampiri Cakka yang kebetulan duduk seorang diri sambil menulis sesuatu di bukunya. Oik berdiri disampingnya, Cakka yang menyadarinya menghentikan acara menulisnya kemudian menutup buku dan memandang Oik.

“Sudah selesai ulangannya?”tanya Cakka. “Ini sudah istirahat kan, jelaslah udah selesai pakai nanya segala”jawab Oik.
“Dapat nilai berapa?”tanya Cakka, Oik langsung menyodorkan kertas ulangannya. “Wow ini nilai terburuk yang pernah ku lihat”Cakka menggeleng, Oik mendesah kesal.
“Itu adalah hasil murni dari pemikiranku tanpa mencontek, dan aku bisa mengerjakan ulangan itu tanpa sontekan walaupun hasilnya jelek”jelas Oik. “Dan aku sudah menepati janjiku kan”.
“Baguslah kalau kamu tidak mencontek, aku menghargai usahamu. Kamu menepati janji”Cakka tertawa kecil. “Apa kamu tidak ingin memperbaikinya?”tanya Cakka. “Tidak. Lagian gurunya tidak memintaku untuk ulangan lagi”kata Oik.
“Kalau gitu apa permintaanmu padaku?”tanya Cakka mengingatkan, Oik teringat sesuatu dan tersenyum licik.
“Kebetulan besok ada pertandingan futsal dan teamku kurang satu orang, apa kau mau ikutan bergabung dan main”kata Oik, Cakka terdiam sesaat senyum menghilang. “Kau bisa main futsalkan?”Oik memastikan.
“Sedikit”jawab Cakka singkat. “Jadi datanglah besok, kan kau bilang akan memenuhi permintaanku. Aku yakin kau tidak akan ingkar janji”Oik berlalu dari kelasnya. Ditatapnya punggung gadis itu dengan ragu.

^^^
Sesuai janjinya Cakka datang ke lapangan dekat taman dengan naik taksi. Jika ijin dulu pada ortunya dapat dipastikan dia tak akan diijinkan, tetapi untungnya Papa dan Mamanya tidak rumah. Cakka berpamitan mau pergi ketoko buku dan memilih naik taksi karena dia agak lama disana tak ingin merepotkan supirnya.

“Temanku pasti datang, dan kau jangan meragukannya dia bisa bermain kok”kata Oik sedikit cemas Cakka tidak akan datang, memandang kearah luar lapangan yang dikelilingi pagar.
“Sesuai permintaanmu, aku datang”ucap seseorang dari arah samping mengagetkan Oik. Melihat siapa yang datang Oik tersenyum senang. “Kupikir, kau tidak akan datang kesini”.
“Sebenarnya aku keberatan menyanggupi permintaanmu, tapi tak mungkin aku ingkar janji”jelasnya saat menghampiri Oik. “Apapun alasanmu yang penting kau datang kesini. Kau datang tepat pada waktunya”Oik melempar seragam futsal ke Cakka. “Pakailah itu”.
“Hari ini aku tidak main, bang. Temanku yang akan menggantikannya”Oik memberitahu Sion sebelum pertandingan dimulai. “Oh ya aku lupa belum memperkenalkanmu dengan temanku”.
“Cakka kenalkan ini abang aku, namanya Sion”Oik memperkenalkan Cakka pada Sion. Dan sebaliknya. “Bang ini temanku yang tadi kuceritakan namanya Cakka”Sion langsung menjabat tangan Cakka.
“Selamat bergabung disini Cakka”Sion memberikan ucapan dengan senang hati. Cakka hanya menanggapi dengan senyuman yang sudah diartikan.

“Aku tidak yakin kalau bisa menang”bisiknya pada Oik. “Jadi kau meragukan kemampuanmu sendiri? Kau pasti bisa”ucap Oik yakin. Sebelum pertandingan dimulai Cakka tak mengalihkan pandangannya dari Oik.

Cakka sudah bersiap ditengah lapangan. Peluit berbunyi tanda kalau permainan sudah dimulai, ia berlari kearah lawan dengan gesit Cakka sudah berhasil mengambil bola tersebut dari kaki lawannya, Oik bersorak dipinggir lapangan menyemangatinya. Saat sudah didaerah pertahan lawan dan hendak dihadang dia mengoper bola tersebut kearah Sion, dia berhasil mengambilnya.


Cakka terbebas tidak ada yang menghalangi, dia segera berlari kearah gawang, melihat Cakka terbebas dari siapapun Sion mengoper lagi bola tersebut kearah Cakka, tanpa buang-buang waktu dia langsung menendang kearah gawang dan Cakka berhasil mencetak gol pertamanya. Semua bersorak dan tepuk tangan, baru kali ini dalam hidupnya Cakka merasakan bermain futsal secara langsung mungkin esok dia tak kan bisa memainkan lagi betapa aktifitasnya sangat terbatas.


“Permainanmu tadi bagus”kata Oik senang saat menghampiri Cakka pas pertandingan berhenti sesaat. “Aku baru pertama kali bisa main secara langsung dan tak kusangka ternyata aku bisa”ucapnya tak yakin dengan apa yang dilakukannya barusan, padahal dia jarang bermain futsal.
“Lanjutkan lagi permainanmu dan cetak gol sebanyak yang kau bisa”kata Oik semangat kemudian peluit berbunyi pertanda permainan akan dimulai.
Cakka memandang Oik sesaat sebelum menuju lapangan. Oik balik memandang Cakka dari ujung lapangan, berharap dia bisa menang sehingga Oik bisa menang taruhan lagi.


Saat hendak mengejar bola Cakka tiba-tiba berhenti dan hanya berdiam diri, ia mulai merasakan nyeri didadanya mencengkram tangannya sendiri berharap rasa sakit itu hilang. Oik yang melihat Cakka berdiam saja jadi sedikit khawatir. Namun nyeri yang dirasakan Cakka semakin hebat, ia merasakan nafasnya mulai sesak.

”Arrrgggh...” rintihnya kini tangannya beralih dan mencengkram kuat dadanya. Sion yang melihat Cakka kesakitan segera menghampirinya.
“Kau kenapa Cakka?”tanyanya cemas, namun Cakka tidak menjawab permainan dihentikan sementara. Oik segera menghampirinya.
“Apa yang terjadi dengan Cakka, bang?”tanya Oik kepada Sion, ada sedikit kecemasan menyelimuti wajahnya. “Aku tidak tau, sepertinya kau harus membawanya kerumah sakit”saran Sion. Ditengah kesakitannya itu Cakka bicara kepada mereka.
“Bolehkan aku berhenti main?”pinta Cakka. “Sepertinya kau memang harus berhenti sekarang, yang lain bisa menggantikanmu”jawab Sion. Oik meletakkan tangan kiri Cakka dibahunya dan menuntunnya keluar lapangan.
Setelah sampai dipinggir lapangan Cakka segera mencari sesuatu didalam tasnya.
“Kau tidak apa-apa? Apa yang kau cari?”tanya Oik, Cakka tidak memperdulikan pertanyaan Oik. Cakka mendesah pelan ternyata obatnya tidak ada didalam tasnya dia lupa membawanya, obat itu ketinggalan didalam tas sekolahnya.
“Apa sih yang sedang kau cari, mungkin aku bisa membantumu?”bentak Oik kesal karena Cakka mengacuhkannya.
“Sepertinya penyakitku kambuh kembali dan aku lupa tidak membawa obat”jelas Cakka lemah, nyeri yang dirasakan Cakka sekarang semakin sakit dan menyesakkan. Oik teringat beberapa waktu lalu saat dia melihat Cakka ditaman.
“Aku tidak terlalu paham penyakit apa yang sedang kau derita, tapi sepertinya parah dan aku harus membawamu kerumah sakit”.
“Tidak, aku ingin pulang sepertinya rasa sakitnya sudah mulai reda”kata Cakka bohong. “Jangan konyol jika kau memintaku membawamu pulang kerumah, kita harus kerumah sakit sekarang. Kebetulan Mamaku seorang dokter”Oik segera menuntun Cakka ke mobilnya, kini Cakka pasrah saat Oik membawanya kerumah sakit bukan kerumahnya.


Oik memacu mobilnya dengan kencang, menyalip kendaraan yang ada didepannya. Meskipun lampu merah Oik langsung menerobosnya, ia tak peduli dengan peraturan lalu lintas itu yang ia harapkan adalah sampai dirumah sakit. Oik sudah tak tahan mendengar Cakka yang tak henti-hentinya merintih kesakitan. Cakka memperhatikan wajah Oik yang khawatir, sebuah senyum terukir dibibirnya yang sedikit pucat.

^^^

“Bagaimana Ma keadaannya Cakka? Apa dia baik-baik saja?”tanya Oik saat Mamanya keluar dari ruang rawat Cakka. “Dokter Rangga sedang memeriksanya, seperti tidak apa-apa”jelas Mamanya.

“Syukurlah kalau gitu. Asal Mama tau untuk sampai disini aku harus lima kali menerobos lampu merah dan hampir menabrak penjual bakso”mendengarkan penjelasan Oik, Mamanya tersenyum. “Ada yang lucu Ma?”tanya Oik bingung.
“Kata Alvin kamu memang suka sekali menerobos lampu merah walau tidak dalam keadaan darurat”Oik kemudian tertawa kecil. “Hehehe tapi untung saja tidak ada polisi sehingga aku aman-aman saja”.

“Tapi tindakanmu itu bisa membahayakan dirimu dan pengemudi lain”tutur Mamanya. “Hmm Ma. Apa aku sudah boleh melihat Cakka sekarang?” kata Oik berusaha mengalihkan pembicaraan, ia bosan mendengar nasehat Mamanya itu.
“Silahkan. Mama juga tidak bisa berlama-lama ngobrol denganmu masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan”dokter Fenny mempersilahkan Oik sebelum berlalu darinya.


Oik melangkah menuju ruangan tempat Cakka dirawat, langkahnya terhenti didepan pintu saat dia mendengar dokter Rangga sedang bicara dengan Cakka.
“Tindakanmu tadi sangat ceroboh, untung hal itu tidak sampai merobek arteri jantungmu jika hal itu sampai terjadi maka kamu harus menjalani operasi”tegas dokter Rangga cemas.
“Aku tidak mau di operasi”tolak Cakka suara terdengar lemah. “Saya harus memberitahu kedua orang tuamu”.
“Mereka tidak dirumah, tolong jangan beritahu mereka, dok. Aku tidak mau melihat mereka sedih terutama Mama”pinta Cakka mencegah dokternya tidak memberitahu bahwa dia sedang dirumah sakit.
“Baiklah kalau itu maumu saya tidak akan memberitahu meraka. Dan saya tidak akan mengijinkanmu bermain futsal itu bisa membahayakan jantungmu”Cakka cukup lega mendengarkan saat dokter Rangga bilang tidak akan memberitahu ortunya.
“Terima kasih dokter tidak akan memberitahu orang tuaku”kata Cakka. “Ya. Tapi kamu jangan sampai telat meminum obatmu. Baiklah saya permisi dulu”Cakka mengangguk dan dokter Rangga berlalu dari kamarnya.

Oik segera menjauhi pintu saat dokter Rangga keluar dari kamar Cakka, melemparkan senyum kepada Oik sebelum berlalu. Oik bernafas lega dan memasuki kamar Cakka, mendekat kearahnya.
“Kau sudah membuatku khawatir setengah mati. Tapi syukurlah kau sudah tidak apa-apa”ucap Oik lega.
“Keadaanku sudah membaik kok tak perlu khawatir gitu. Hanya kelelahan saja dan perlu istirahat”jelas Cakka sambil tersenyum kecil.
“Maaf seharusnya aku tidak memintamu bermain futsal”ucap Oik menyesal. “Tidak masalah, aku malah senang menerimanya ini pertama kalinya aku bisa sebebas ini”.
“Tapi aku hampir saja mencelakaimu, tadi aku tak sengaja mendengarkan dokter Rangga bicara padamu”Oik kemudian duduk disebelah ranjang Cakka.

“Tidak usah merasa bersalah seperti itu. Lihat tampangmu yang barusan sangat lucu sekali”Cakka tertawa kecil mengingat wajah Oik yang panik beberapa waktu yang lalu.
“Itu sama sekali tidak lucu tau, harusnya aku tidak usah menolongmu tadi”kata Oik sebal.
“Hmm sudah sore dan hampir malam aku harus pulang dulu. Nanti kalau sempat aku bakal balik kesini”Oik memandang kearah jamnya saat itu waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB. “Aku tunggu”.Oik hanya melemparkan senyum ke Cakka sebelum berbalik.

Hari ini Cakka senang sekali, Oik tidak sekaku dulu apalagi melihat ekspresi Oik yang ketakutan tadi menunjukkan bahwa Oik khawatir banget dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar