Kamis, 06 Oktober 2011

Makna Sebuah Kehidupan part 3

Sesampainya dirumah Oik langsung merebahkan dirinya dikasur untuk beberapa saat dia hanya diam dan memejamkan matanya. Kemudian mengubah posisi tidurnya menjadi duduk melangkahkan kakinya dengan malas ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi kini pikirannya menjadi fresh kembali.mengganti pakaiannya, sepertinya Oik enggan balik kerumah sakit.
“Kenapa aku sekarang jadi kepikiran Cakka terus sih. Uhh menyebalkan melihat apa yang ku lakukan tadi sungguh bego sekali, tak seharusnya aku berteman dengannya”umpat Oik, memaki dirinya sendiri. Oik memutuskan tidak akan kembali kerumah sakit dan menunggui Cakka.


Dua hari berikutnya tepat saat hari kamis, seperti biasa Oik terlambat kesekolahnya. Hari ini dia memilih naik taksi saja. Sesampainya didepan sekolahnya, Oik memperhatikan kedalam sekolahnya berharap tidak ada satpam disana, setelah dipastikan tidak ada siapapun dihalaman sekolah.

Oik mulai memanjat pagar sekolahnya paling ujung tanpa ada kesulitan saat memanjatnya seakan ini sudah keahliannya, sesampainya diatas dia langsung melompat, mengendap-endap seperti kucing berjalan kearah kantin yang ada dibelakang gedung kesenian.

“Fiuh!!! Aman, tapi tumben sekali tidak ada satu guru pun yang berjaga seperti anjing disana”ucap Oik lega, sepertinya hari ini adalah hari keberuntungannya. Oik bergegas menuju kantin dan memesan makanan, pagi ini dia belum sempat sarapan karena buru-buru.

“Pesen nasi pecel satu sama es teh ya, nggak pakai lama”ucap Oik pada ibu penjaga kantin. Ibu itu diam saja saat Oik dikantinnya dan memesan makanan meskipun ini waktunya siswa masuk.
“Lauknya apa, Non?”tanya ibu kantin tersebut. “Ayam sama telor ceplok”jawab Oik dan duduk dibelakang kantin agar tidak ketahuan guru-guru yang mungkin berkeliaran ke kantin untuk menangkap siswanya yang bolos.


Setelah selesai sarapan dan membayar Oik langsung keluar kantin lewat pintu belakang kantin. Menuju kesebuah taman belakang sekolah, banyak pohon cemara menjulang tinggi disana membuat suasana dibawahnya teduh. Kemudian melemparkan tasnya dan duduk bersandar disalah satu pohon mengambil Mp4 memasang headset ditelingannya memutar lagu kesukannya dengan suara keras. Tangannya merogoh sesuatu dalam tasnya sebungkus rokok dan korek api.


Oik mengambil sebatang menyelipkan dibibirnya dan menyulut api ke rokoknya. Sambil menikmati lagu Oik menghisap rokoknya dengan santai, dia yakin tak ada yang kesini.
Setelah batang rokok itu hampir habis Oik mengambilnya sebatang lagi dan menyulutnya, tanpa disadarinya seseorang telah duduk disebelahnya, Oik tidak menyadari karena telingannya terpasang headset ditambah suara lagu yang kencang, matanya terpejam sambil menghisap rokoknya. Orang itu mencopot headset yang ada ditelinga Oik membuatnya tersentak. Menyadari siapa yang ada disampingnya tampang Oik langsung berubah kesal.


“Ternyata kau rupanya? Mau apa kesini”tanya Oik ketus. “Bertemu denganmu”jelas orang itu yang tak lain adalah Cakka.
“Buat apa? Kemanapun aku disekolah ini kau selalu mengikutiku”Oik hari ini sedang tidak ingin melihat Cakka muncul dihadapnya. “Mengucapkan terima kasih, kamu sudah menolongku kemarin”ucap Cakka tulus.
“Apa hanya itu yang ingin kau katakan padaku?”tanya Oik lagi kemudian membuang rokoknya. “Tidak”Cakka menggeleng.
“Kenapa kemarin tidak kembali lagi kerumah sakit, aku menunggumu disana”jelas Cakka. “Kau pikir aku pembantumu, menyuruhku sesukamu”kata Oik tambah ketus. Cakka hanya terdiam melihat sikap Oik sekarang jadi kasar lagi.
“Sekarang pergilah”usirnya.
“Aku tidak akan pergi dari sini, aku mau menemanimu”tolak Cakka. “Baiklah kalau itu maumu”Oik mengambil sebatang rokok dan mengulurkan pada Cakka. “Apa kau mau mencobanya sebatang ini sampai habis?”tantang Oik. Cakka hanya terdiam mengamati Oik.
“Penakut sepertimu jangan berharap ingin menjadi temanku, kalau kau tidak mau menghisapnya sebaiknya pergi saja”ledek Oik berharap Cakka segera menyingkir dari hadapannya. Cakka segera berdiri dan meninggalkan Oik.



Oik masih menikmati sisa rokoknya, beberapa siswi yang kebetulan lewat mempergoki Oik.
“Wah wah. Lihatlah sekolah kita telah dimasuki berandalan ternyata”kata salah satu diantara mereka. “Apa perlu kita adukan pada kepala sekolah biar dia dikeluarkan dari sekolah?”saran cewek rambutnya agak panjang tampang terlihat judes..
“Adukan saja memangnya kau pikir aku takut, Hah?”tantang Oik. “Kita memang mau melaporkanmu karena kau sudah melanggar peraturan sekolah”.
“Kau memang pengadu”umpat Oik kesal, mengambil sesuatu ditasnya, sebuah pisau lipat dan menacapkannya dipohon. “Kalau kau memang berani adukan saja pada kepala sekolah kalau perlu”kedua cewek itu memandang ngeri kearah Oik.
“Apa yang akan kau lakukan pada kita. Kau tidak bisa mencelakai kami”ucap salah satu diantara mereka yang bernama Shilla. “Menurutmu?”Oik mencabut kembali pisau itu dari pohon. Mereka langsung pergi karena takut Oik akan berbuat sesuatu kepadanya.
“Hahaha dasar penakut, sama pisau aja takut”Oik tertawa puas melihat cewek itu ketakutan.



Sore harinya Oik datang ke tempat biliar, sesampainya didalam dia langsung menghampiri meja paling ujung dilihatnya teman-temannya sedang bermain.
“Hallo Oik!!!”sapa Sion saat melihat siapa yang datang. “Hai juga”Oik membalasnya.
Siti menghampirinya dan berkata. “Kau datang tepat pada waktunya”Siti tersenyum padanya.
“Memangnya kenapa?”tanya Oik bingung. “Kau tidak akan percaya kalau dia sekarang ada disini”.
“Dia ada disini? Yang kau maksud dia, siapa?”tanya Oik. Siti menunjuk kearah orang yang sedang bermain biliar dua meja dari tempatnya berdiri, Oik mengikuti arah telunjuk Siti. “Mantanmu”bisik Siti.
“Maksudmu, Debo?”tanya Oik memastikan orang tersebut adalah mantan pacarnya. Siti mengangguk.
“Berikan tongkat itu padaku”pinta Oik, Siti menyodorkan tongkat biliar itu. Oik berjalan mendekati meja tempat Debo bermain.
“Apa kau mau main denganku?”tanya Oik, melihat siapa yang mengajaknya bicara Debo menoleh dan menghentikan permainannya. “Oik!!!”ucapnya setengah kaget.
“Iya. Aku ingin mengalahkanmu hari ini. Mumpung uangku masih banyak”Oik sedang berkonsentrasi pada sebuah bola dan menyodoknya, empat bola masuk ke lubang yang ada di tepian papan biliar.
“Ternyata kamu masih suka kesini?”tanya Debo. “Sudah jarang tidak sesering dulu, lagian aku sudah kelas tiga dan sebentar lagi mau ujian”jelas Oik berkonsentrasi lagi pada sebuah bola lagi.
“Sejak kapan kamu mulai mengurangi main biliar dan memikirkan tentang ujian?”tanya Debo setengah percaya dengan Oik kalau dia jarang ketempat biliar karena memikirkan tentang ujian.
“Apa kau tidak bosan menanyakan hal yang tidak penting buatmu. Hal itu kadang yang membuatku bosan berhubungan denganmu”Oik memandang kearah Debo.
“Baiklah aku tidak akan bertanya hal-hal yang membuatmu bosan”kini giliran Debo yang berkonsentrasi pada sebuah bola.


^^^


Hari sabtu jam pertama ada pelajaran olahraga dikelas Oik, ini adalah pelajaran yang paling mengasyikan dari pada yang lain. Dia bermain volly dengan siswa cowok setelah mengikuti teori tentang tolak peluru, sepertinya ceweknya cuman Oik yang ada dilapangan tersebut. Teman-teman ceweknya sudah meninggalkan lapangan untuk istirahat.

Setelah puas bermain volley Oik bergegas ke kantin untuk istirahat, kantin masih belum terlalu ramai.
“Sebaiknya kalian berhati-hati karena disekolah kita ini ada berandalan dan kalian jangan dekat-dekat dengannya, entar kalian dibunuh lho”ucap Shilla memberitahu semua siswa yang ada dikantin, kemudian melemparkan senyum sinisnya kearah Oik.
“Emangnya siapa Shill??”tanya salah satu diantara mereka.
“Dia juga sedang ada dikantin ini kok”seru Zevana. Oik memperhatikan apa yang akan dikatakan Shilla tentang dirinya.
“Siapa lagi kalau bukan teman satu kelas kalian yang sering terlambat dan gemar melanggar peraturan sekolah”kata Shilla pada cewek kelas XII Ips 1 merasa tersinggung dengan ucapan Shilla, Oik langsung menghampirinya.
“Coba kau ulangi perkataanmu yang tadi”ucap Oik. “Jadi kau merasa tersindir dengan kata-kataku tadi”ledek Shilla. Oik yang sudah muak melihat Shilla segera mengambil mangkok berisi sambel yang ada didepannya, dengan segera Oik menyiramkan dikepala Shilla. Gadis itu menjerit kesakitan karena sebagian sambel itu mengenai matanya.
“Kau memang cewek brensek, awas saja jika terjadi apa-apa dengan temanku”umpat Zevana setengah mengancam sambil menuntun Shilla keluar kantin. Oik segera menyusul mereka, ditengah koridor Oik melihat ember yang berisi air bekas yang digunakan cleaning service untuk mengepel lantai.


“Kasihan temanmu kalau kau bawa ke kamar mandi, mungkin dia menjerit karena perih kena sambil itu”seru Oik dan menyiramkan satu ember penuh air pel itu dikepala Shilla. Zevana tersentak kaget melihat Oik yang tiba-tiba menyiram mereka dengan air yang sudah keruh dan kotor itu.
“Akan ku buat kau menyesal telah melakukan ini padaku”ancam Shilla sambil mengusap wajahnya dengan sapu tangan, Oik hanya menanggapi dengan tertawa.
“Ze ayo kekamar mandi, aku udah nggak tahan mataku perih banget nih”Shilla segera berlari ke toilet, Zevana mengikutinya dari belakang.
“Puas banget deh hari ini udah bisa ngerjain orang. Hahahaha”ucap Oik puas dan berjalan menuju kelasnya. Setelah kejadian dikantin tadi teman sekelas Oik memandangnya saat dia memasuki kelas, tapi sekali lagi Oik cuek melihat sikap teman-temannya itu.

“Oik, kamu dipanggil sama bu. Oki disuruh menemui beliau diruangnya”ucap salah satu siswa memberitahu Oik.



Oik sudah mengira bahwa Shilla pasti bakal mengadu pada guru BP tersebut, tanpa ragu lagi Oik segera menuju ruang BP. Sesampainya disana kebetulan pintunya terbuka, Oik melihat Shilla dan Zevana sudah didalam ruang tersebut. Bu Oki yang melihat Oik diambang pintu, mempersilahkannya masuk sebelum Oik mengucapkan permisi.

“Silahkan masuk dan duduklah, Oik”bu Oki mempersilahkan, Oik berjalan kearah meja dan duduk disebelah Shilla yang memandangnya dengan penuh kebencian.
“Harus berapa kali saya harus memperingatkan kamu?”ucapnya, Oik hanya terdiam.
“Entah bagaimana cara yang tepat untuk membuatmu berubah, saya sudah melihat catatan dari sekolah-sekolah lama kamu”lanjutnya. “Bahwa kamu dikeluarkan dari sekolah karena sering bermasalah”.
“Sebaiknya siswa seperti ini langsung DO saja, bu”celetuk Shilla. “Sebaiknya kamu diam dulu Shilla, karena bukan wewenang ibu saja yang bisa memutuskan siswa dikeluarkan atau tidak”Shilla langsung terdiam.
“Dan tindakan kamu ke Shilla tadi sungguh keterlaluan, sebagai hukumannya kamu harus membersihkan gudang disebelah lap Ipa”.
“Masa Oik hanya dihukum seringan itu sih, ini tidak adil bu. Mata saya hampir buta gara-gara cewek sialan ini”kata Shilla tidak terima.
“Ini adalah keputusan saya, dan kamu Shilla sebaiknya kamu menjaga ucapanmu itu”tegur bu Oki.


Oik mengikuti bu Oki menuju ruang kebersihan, beliau segera menyuruh cleaning service mengambil sapu, tempat sampah, ember dan selembar kain.
“Jangan lupa habis itu kamu pel lantainya, jangan berhenti sampai bersih. Nanti ibu akan kesana”Oik menerima semua alat kebersihan itu dan berjalan menuju gudang disebelah lap Ipa.


Oik berjalan menuju gudang yang ada dibelakang labolatorium, disana kelas Ipa sedang praktik. Cleaning service membuka pintu gudang tersebut. Gudang tersebut sangat kotor penuh dengan sarang laba-laba, berdebu dan semua barang-barang berserakan dilantai.

“Yang bener saja bu.Oki menyuruhku membersihkan gudang ini sampai bersih seorang diri?”keluh Oik. Hal pertama yang harus ia lakukan adalah mengeluarkan semua barang dari gudang, kemudian barulah dia bisa membersihkan langit-langit dan menyapu lantai.

Oik menyeret satu persatu meja dan kursi keluar ruangan, melemparkan keluar kerangka manusia dan patung anatomi manusia karena dipikir Oik benda-benda itu mungkin sudah tidak terpakai.

“Mengerikan jika itu beneran tulang manusia beneran”gumannya. Oik mulai menyapu ruangan setelah semua barang berhasil ia keluarkan.

Didepan gudang itu adalah labolatorium Ipa, suara berisik dari dalam lap membuat Oik penasaran apa yang sedang dilakukan mereka. Mengambil salah satu bangku dan memanjatnya, mengintip melalui jendela.

Ternyata siswa tersebut membereskan peralatan yang barusan digunakan praktik. Tiba-tiba saja kursi yang menopang tubuh Oik itu ambruk dan membuatnya terjatuh.
“Kursi sialan”umpat Oik sembari kakinya memendang kursi yang udah lapuk tersebut, mengambil sapunya kembali.
Terdengar suara langkah kaki mendekat, Oik memperhatikan siapa yang datang. Ternyata seorang siswa yang tak lain adalah Cakka yang sedang membawa kardus, berjalan kearahnya.

“Ngapain kau kesini?”tanya Oik. “Harusnya aku yang tanya gitu, dan apa yang sedang kamu lakukan dengan gudang ini”Cakka balik tanya karena melihat semua barang-barang digudang berserakan diluar.
“Kau tidak lihat, aku kan sedang membersihkan gudang ini”Oik menunjukan sapu yang dipegangnya ke Cakka. “Aku hanya ingin menaruh barang ini ke dalam gudang”jelas Cakka.
“Taruh saja disitu, karena aku sedang membersihkannya”saran Oik. “Boleh kan aku membantumu membersihkannya”tawa Cakka.

“Kenapa kau pakai izin segala, lagian aku tidak keberatan jika kau membantuku membersihkan gudang kelasmu itu”ucap Oik mengiyakan, menyerahkan pembersih lantai dan ember serta alat pelnya. Cakka segera melepas sepatunya dan mulai mengepel lantai seumur hidupnya baru kali ini ia ngepel lantai.
“Kenapa kamu membersihkan gudang ini? Di hukum lagi”tanya Cakka. Oik mengangguk.
“Tadi aku siram Shilla anak kelas Ipa 2 itu dengan semangkok sambal, terus dia ngadu ke bu Oki. Tapi aku puas banget udah ngebales dia”kata Oik menjelaskan.
“Kamu memang tidak punya perasaan, kan kasian dia”ucap Cakka.
“Biarin saja toh sambel itu setara dengan omongan dia ke aku”tiba-tiba saja sesuatu yang kecil dan berwarna coklat tua merangkak di kulit kakinya Oik, membuatnya agak sedikit geli. Karena penasaran Oik segera berdiri dan melihat dua ekor Kecoak di kakinya.


Oik berteriak histeris dan melompat kearah Cakka, saat itu Cakka sedang mengepel lantai. Karena belum siap saat Oik menerjang dan mendekap tubuhnya keduanya langsung ambruk ke lantai.
“Tolong singkirkan Kecoak itu dari kakiku”pinta Oik sambil bergidik ngeri tangannya lebih erat lagi mendekap tubuh Cakka.
Cakka bisa merasakan Oik sedang ketakutan karena seluruh tubuhnya gemeteran. “Gimana aku bisa menolongmu, kalau tubuhnya saja diatas badanku”kata Cakka.
Oik yang sadar langsung melepaskan pelukannya dan berdiri. “Jangan kau pikir saat seperti tadi kau bisa mengambil kesempatan untuk memelukku”.
“Seharusnya aku yang berkata begitu, ternyata kamu memang pintar sekali mengambil kesempatan”Oik tak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah menahan rasa malunya.
“Aku tidak sengaja, karena aku kaget saja ada kecoak di kakiku. Aku memang phobia sama binatang itu”dengan susah payah Cakka menahan tawanya melihat wajah cewek di depannya saat ketakutan tadi.
“Apa yang sedang kau ketawakan, emangnya ada yang lucu dariku?”tanya Oik kesal.
“Tidak ada. Cuman aneh saja cewek sepertimu takut dengan kecoak dari pada kemarahan guru sekolah ini”jawab Cakka sambil tertawa pelan. Oik mulai mengumpat kesal dan merencanakan sesuatu untuk bikin perhitungan dengan Shilla.

Setelah selesai membersihkan gudang Oik segera balik ke kelasnya. Di dalam tasnya Oik mengambil sesuatu dalam kotak kecil dan berlari kelas tepat saat bel masuk kedua berbunyi.
“Pasti ini mobil dia”guman Oik sambil mengamati mobil berwarna putih di parkiran, mengeluarkan kotak kecil di dalam sakunya yang ternyata paku payung. Oik menuangkan sebagian ditangannya dan menebarkannya di bawah roda ban belakang kiri dan kanan.
“Saatnya pembalasan”Oik tersenyum licik. Kebetulan Cakka yang sedang melintas melihat Oik yang sedang berdiri di samping mobil segera menghampirinya.
“Apa yang sedang kamu lakukan disini?”tanya Cakka, ia melihat tangan Oik yang sedang menebarkan paku tersebut pada ban mobil.
“Seperti yang kau lihat, memangnya aku sedang apa?”kata Oik santai, kini paku ditangannya sudah habis.
“Kamu memang tidak pernah jera untuk melanggar peraturan sekolah”Cakka menunduk dan memungguti paku-paku tersebut.

Kebetulan bu Oki sedang melintas dan melihat dua siswanya sedang berdiri di parkiran segera menghampiri.
“Apa yang kalian berdua lakukan disini?”tanya bu Oki mengamati keduanya. “Dan kamu, Cakka. ibu tidak menyangka kamu melakukannya”ucap bu Oki tidak percaya saat melihat paku di tangan Cakka.
“Dan kamu sekarang mulai mengikuti Oik melanggar peraturan”Oik hendak menjawab namun Cakka menyelaknya.
“Tidak. Oik tidak terlibat, malahan dia mencegah saya melakukannya”Oik langsung cengo melihat apa yang dilakukan Cakka.
“Sekarang kamu ikut ibu ke kantor dan kamu Oik balik ke kelasmu”Cakka menatap Oik sebentar sebelum melangkah mengikuti bu Oki. Oik bergegas meninggalkan parkiran.

Oik enggan masuk ke kelasnya, ia tak habis pikir apa yang dilakukan cowok tadi bener-bener nekat. Oik ingin melihat hukuman apa yang diberikan bu Oki kepada Cakka.
Oik berjalan kearah lapangan tapi tidak ada siswa yang dihukum disana, kemudian langkahnya menuju toilet tidak ada juga, yang ada hanya seorang siswa yang kaget melihat Oik memasuki toilet laki-laki.


Langkahnya terhenti saat menangkap bayangan seseorang dari kejauhan berdiri di belakang gedung sekolah, Oik terus mendekat dan mengintip dari balik pohon. Ternyata orang itu adalah Cakka yang sedang menyapu halaman belakang gedung olahraga. Oik mengamatinya dari balik pohon kemudian beranjak pergi
30 menit kemudian Cakka selesai menyapu seluruh halaman belakang, baru kali ini merasakan dihukum rasa capek dan kepanasan mulai ia rasakan, Cakka sedang memikirkan bagaimana Oik yang sering kena hukuman tidak pernah mengeluh sama sekali. Cakka menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon untuk melepas rasa lelahnya, dan mengusap keringat di dahinya.


Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebotol air mineral dingin kearahnya. “Ini buatmu”kata orang tersebut, Cakka menoleh untuk melihat siapa orang tersebut, ternyata Oik yang sudah duduk disampingnya.

“Terima kasih”Cakka mengambilnya dari tangan Oik.
“Aku masih tidak mengerti denganmu. Kenapa kau tidak menyerah untuk menjadi temanku padahal jelas-jelas aku tidak mau. Kau memang nekad”kata Oik.
“Aku memang orang yang tidak pernah menyerah, sama sepertimu yang tidak pernah jera melanggar peraturan sekolah”.
“Dan kenapa kau mau jadi temanku? Padahal semua siswa disini tidak mau berteman dengan anak urakan sepertiku”ujar Oik.
“Aku sama sekali tidak keberatan jika punya teman seperti, lagian aku ingin merasakan seperti apa jadi berandalan itu”Oik tertawa mendengar penjelasan Cakka. “Hahaha… kau memang harus mencobanya sendiri agar bisa merasakan”Oik kemudian mengeluarkan rokok dan korek api dari sakunya.
“Kau harus mencoba ini dulu”Oik mengulurkan sebatang rokok ke Cakka. “Aku tidak merokok Karena itu tidak baik buat kesehatanku”Cakka menggeleng.
“Baiklah aku tidak memaksamu untuk menghisapnya”Oik memasukan lagi kedalam bungkusnya.
“Aku mau jadi temanmu, dan sepertinya hanya kau saja yang mau”Oik tersenyum dan mengulurkan tangannya, Cakka membalasnya.

2 komentar: